8 Jenis Rezeki dari Allah

“Dan tidak ada suatu bintang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.” (QS. Hud [11] : 6)


Rezeki adalah segala sesuatu yang bermanfaat yang telah Allah subhanahu wa ta’ala halalkan untuk hamba-hamba-Nya, baik berupa sandang, pangan dan papan. Termasuk di dalamnya yaitu anak dan istri juga kesehatan jiwa serta raga. Maka rezeki tidak selalu identik dengan harta kekayaan atau uang, walaupun tidak bisa dinafikan bahwa harta kekayaan atau uang merupakan rezeki dari Allah subhanahu wa ta’ala jika seseorang mendapatkannya secara halal. Rezeki sendiri merupakan bagian dari takdir Allah subhanahu wa ta’ala dan takdir seluruh makhluk sesungguhnya telah dituliskan 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.”[1]

 Allah subhanahu wa ta’ala adalah sang Maha pemberi rezeki. Allah subhanahu wa ta’ala memberikan rezeki kepada hamba-hamba-Nya melalui banyak jalan. Setidaknya dalam hal rezeki, ada 8 jenis rezeki yang Allah subhanahu wa ta’ala telah sediakan bagi hamba-hamba-Nya, yaitu:

1.      Rezeki yang telah dijamin

Rezeki yang telah dijamin maksudnya adalah rezeki yang sudah ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala kepada makhluk-Nya baik mereka beriman maupun mereka kafir, baik dari kalangan manusia, jin maupun hewan-hewan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ

“Dan tidak ada suatu bintang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.”[2]

Rezeki jenis ini tidak perlu ikhtiar untuk mendapatkannya karena Allah subhanahu wa ta’ala langsung memberikannya kepada hamba-Nya, bahkan tidak jarang hamba-hamba-Nya tidak menyadari bahwa mereka menerima rezeki ini. Contoh rezeki yang telah dijamin oleh Allah subhanahu wa ta’ala adalah rezeki bagi janin. Fikirkanlah, bagaimana janin makan? Makanan datang kepada janin tanpa perlu ikhtiar dari janin sama sekali. Contoh lain adalah bernafas, bayangkanlah oleh kita, seandainya bernafas itu perlu diikhtiarkan secara terus-menerus siang dan malam, maka repot sekali hidup ini. Namun Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan sistem pernafasan kita dengan sistem yang sangat luar biasa, dimana rezeki bernafas baru kita sadari ketika kita diingatkan mengenai nafas ini.

2.     Rezeki karena ikhtiar

Hakikatnya rezeki adalah milik Allah subhanahu wa ta’ala dan Dia berhak untuk memberikan rezeki itu kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki. Namun adakalanya seorang hamba diperintahkan berikhtiar untuk mendapatkan rezeki tersebut. Tentu saja dengan dibarengi do’a dan juga ketawakalan. Selain itu, rezeki yang akan diperoleh seorang hamba pastilah akan berjalan lurus dengan ikhtiar yang telah dia lakukan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَى

“Tidaklah manusia mendapatkan apa-apa kecuali apa yang dikerjakannya.”[3]

Contoh jenis rezeki ini adalah kecerdasan. Dalam upaya memperoleh kecerdasan, maka seseorang diperintahkan untuk belajar, maka jika seseorang enggan dan tidak mau berikhtiar untuk belajar maka dia tidak akan pernah bisa mendapatkan kecerdasan.

3.     Rezeki karena bersyukur

Syukur yaitu menunjukan adanya nikmat Allah subhanahu wa ta’ala pada dirinya. Aplikasi dari syukur terbagi menjadi aplikasi lisan, hati dan anggota badan. Aplikasi lisan berupa pujian bagi Sang pemberi nikmat serta ungkapan bahwa dia telah diberikan nikmat tersebut, aplikasi hati berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, sedangkan aplikasi anggota badan adalah dengan keta’atan. Syukur sendiri merupakan hasil refleksi dari tawakal dan qana’ah. Jika seseorang bersyukur terhadap segala rezeki yang telah Allah subhanahu wa ta’ala berikan kepadanya, maka Allah subhanahu wa ta’ala akan menambahkan rezeki kepada-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

‎لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.”[4]

4.     Rezeki yang tidak diduga

Seringkali kita melihat seseorang yang secara tiba-tiba mendapatkan rezeki yang luar biasa yang tidak pernah diduga sebelumnya datang menghampirinya. Misalnya seperti seseorang yang tiba-tiba diberikan hadiah haji dan umrah secara gratis. Rezeki yang datang dari arah yang tidak diduga ini merupakan salah satu nikmat Allah subhanahu wa ta’ala yang Dia berikan kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.”[5]

Rezeki yang tidak diduga ini hanya diberikan kepada hamba-hamba Allah subhanahu wa ta’ala yang bertaqwa, yaitu hamba-hamba Allah subhanahu wa ta’ala yang senantiasa berusaha untuk menjalankan segala perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya.

5.     Rezeki karena istighfar

Istighfar adalah memohon ampun kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala dosa yang pernah diperbuat. Selain merupakan pembuka pintu maghfirah atau pengampunan Allah subhanahu wa ta’ala, istighfar pun menjadi salah satu pembuka pintu rezeki. Apabila seorang hamba di dalam dirinya terdapat rasa butuh kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka dirinya tidak akan bisa sampai kepada-Nya melainkan dengan istighfar sebagai pembukanya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

‎فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا

“Beristighfarlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, pasti Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyak harta.”[6]

6.     Rezki karena menikah

Banyak sekali kalangan remaja saat ini yang enggan segera melangsungkan pernikahan padahal dari segi kematangan usia dan mental mereka sudah mencukupi, mereka lebih memilih berpacaran, bahkan tidak sedikit dari mereka yang akhirnya jatuh kepada perzinahan. Mereka beralasan belum siap, atau khawatir tidak bisa memberikan nafkah kepada pasangannya jika mereka menikah dikarenakan alasan pekerjaan dan penghasilan yang belum mapan. Padahal itu bukanlah alasan yang bisa diterima, mengapa? Karena justru dengan menikahlah seseorang akan dibukakan pintu rezekinya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

‎وَأَنكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ

“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak dari hamba sahayamu baik laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, maka Allah akan memberikan kecukupan kepada mereka dengan kurnia-Nya.”[7]

Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan kecukupan, dan ini adalah janji Allah subhanahu wa ta’ala, dan janji Allah subhanahu wa ta’ala adalah benar, kita bisa perhatikan fakta di lapangan, banyak sekali bukti yang menunjukan hal ini, tidak sedikit orang yang tadinya berpenghasilan pas-pasan ketika melajang, justru menerima rezeki yang banyak dan melimpah ruah setelah dia menikah. Maka bagi para pemuda, segeralah menikah!

7.     Rezeki karena anak

Pepatah lama mengatakan, “banyak anak banyak rezeki”. Anak merupakan karunia dan nikmat dari Allah subhanahu wa ta’ala. Anak juga merupakan rezeki. Banyak sekali diantara kita yang sangat mendambakan rezeki yang satu ini, namun Allah subhanahu wa ta’ala belum memberikan kepercayaan dan amanah tersebut kepada mereka. Allah subhanahu wa ta’ala sendiri telah menjanjikan bahwa setiap anak yang terlahir telah dijamin rezekinya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka.”[8]

Namun perlu diperhatikan, bahwa anak adalah suatu amanah dari Allah subhanahu wa ta’ala. Maka wajib bagi orang tua untuk mengemban amanah tersebut. Wajib bagi orang tua untuk mendidik mereka menjadi hamba-hamba Allah subhanahu wa ta’ala yang shalih dan bertaqwa. Karena anak-anak yang shalih sendiri merupakan rezeki yang tidak ternilai bagi orang tua dan merupakan aset berharga untuk kehidupannya di dunia maupun di akhirat.

8.    Rezeki karena shadaqah

Dan yang terakhir adalah shadaqah. Allah subhanahu wa ta’ala menjanjikan kepada hamba-hamba-Nya yang bershadaqah berupa kebaikan baik di dunia maupun di akhirat. Allah subhanahu wa ta’ala menjanjikan akan melipatgandakan rezeki seorang yang bershadaqah di dunia, dan di akhirat Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan surga. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

‎مَّن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (yaitu infaq dan shadaqah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipatan yang banyak.”[9]

Tujuan sekunder dari shadaqah yaitu berupa rezeki yang berlipatganda di dunia adalah dibenarkan. Seseorang diperkenankan memiliki harapan rezekinya di dunia bertambah dengan shadaqah. Namun tidak diragukan lagi bahwa tujuan primer yaitu pahala dan surga di akhirat adalah lebih utama. Maka jadikanlah shadaqah kita berorientasi akhirat. Barangsiapa mengejar akhirat, maka dunia pasti akan dia raih. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:

مَنْ أَحَبَّ دُنْيَاهُ أَضَرَّ بِآخِرَتِهِ، وَمَنْ أَحَبَّ آخِرَتَهُ أَضَرَّ بِدُنْيَاهُ، فَآثِرُوا مَا يَبْقَى عَلَى مَا يَفْنَى

“Barangsiapa yang mencintai dunianya, maka itu akan memudharatkan akhiratnya. Barangsiapa yang mencintai akhiratnya, maka itu akan mengurangi kecintaannya pada dunia. Maka utamakanlah apa yang kekal abadi (akhirat) atas apa yang fana (dunia).”[10]

Demikianlah penjelasan mengenai 8 jenis rezeki yang Allah subhanahu wa ta’ala telah sediakan bagi hamba-hamba-Nya. Semoga dapat menambah wawasan serta keimana kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ


[1] HR. Muslim no. 2653
[2] QS. Hud [11] : 6
[3] QS. an-Najm [53] : 39
[4] QS. Ibrahim [14] : 7
[5] QS. at-Thalaq [65] : 2-3
[6] QS. Nuh [71] : 10-11
[7] QS. an-Nur [24] : 32
[8] QS. al-An’am [6] : 151
[9] QS. al-Baqarah [2] : 245
[10] HR. Ahmad no. 19586



Referensi

  • al-Qur’an al-Kariim
  • al-Imam Abu ‘Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal. al-Musnad. 1416 H. Dar al-Hadits Kairo.
  • al-Imam Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi. Shahih Muslim. 1419 H. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.

0 Comment for "8 Jenis Rezeki dari Allah"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top