“Akan datang kepada manusia suatu zaman,
orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara
api.” (HR. At-Tirmidzi no. 2260)
Sejarawan umum mengatakan bahwa abad pertengahan adalah The Dark Ages (Era Kegelapan), namun tahukah engkau
ikhwah bahwa tidak semua bagian dunia pada saat itu seluruhnya terselimuti
kegelapan? Ada bagian dari dunia pada masa itu yang amat bersinar dengan ilmu
pengetahuan. Ya, itulah dunia Islam. Pada masa itu Islam berada pada periode Islamic Golden Ages (Zaman Keemasan Islam). Pada masa itu,
Islam adalah sebuah peradaban besar. Yang luasnya terbentang dari Guangzhou, Cina, di Timur
hingga Cordoba, Andalusia (Iberia) di Barat.
Ingatkah engkau ikhwah, pada Istana Al-Hambra di Granada, Andalusia? Juga Baitul Hikmah di Baghdad, Irak? Yang mana Baitul Hikmah adalah sebuah perpustakaan yang
mempunyai koleksi buku terlengkap didunia. Pada masa itu berbagai macam
manuskrip ilmu pengetahuan diterjemahkan ke dalam bahasa arab dan dikumpulkan
di Baitul Hikmah.
Dan Istana Al-Hambra sendiri, didirikan oleh kerajaan Bani
Ahmar atau bangsa Moor dari daerah Afrika Utara. Bani Ahmar adalah penguasa
kerajaan Islam terakhir yang berkuasa di Andalusia (Spanyol). Istana Al-Hambra berdiri kokoh di bukit La Sabica, Granada, Spanyol. Ia menjadi saksi bisu sekaligus
bukti sejarah kejayaan Islam di Spanyol (dulu Andalusia).
Nama Al-Hambra sendiri berasal dari bahasa Arab, hamra’, bentuk jamak dari ahmar yang berarti “merah”. Dinamakan Istana Al-Hambra—yang berarti Istana
Merah—karena bangunan ini banyak dihiasi ubin-ubin dan bata-bata berwarna
merah, serta penghias dinding yang agak kemerah-merahan dengan keramik yang
bernuansa seni Islami, di samping marmer-marmer yang putih dan indah.
Istana Al-Hambra adalah simbol puncak kejayaan Islam di
Spanyol. Islam masuk ke negeri ini dibawa oleh pasukan Islam pimpinan Thariq
bin Ziyad yang dikirim raja muda Islam di Afrika, Musa bin Nusair. Pasukan
Islam sendiri datang untuk memerdekakan Andalusia (Spanyol) dari kekacauan
hebat atas permintaan Gubernur Ceuta, Julian.
Selain itu masih ingatkah kita kepada para ilmuan muslim seperti,
Abu Al-Qasim Al-Zahrawi? Seorang dokter bedah terkemuka dari Arab yang hidup
pada tahun 930-1013 M. Al-Zahrawi adalah dokter istana pada masa Khalifah Abdul
Rahman III, seorang Khalifah dari Bani Abbasiyyah. Dia juga menulis buku
kedokteran yang berjudul, “At-Tasrif Liman Ajiza’an At-Ta'lif”. Sebuah
ensiklopedia ilmu bedah terbaik pada abad pertengahan.
Dan ingatkah pula engkau kepada Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi?
Seorang ahli matematika dari Bukhara sehingga dia mendapat julukan Bapak
Aljabar dari Bukhara, yang hidup pada tahun 780-830 M. Berkat jasa
Al-Khawarizmi, sistem penomoran posisi desimal terlahir. Sebagian hidupnya
senantiasa didedikasikan untuk pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah yang
didirikan oleh Khalifah Al-Ma’mun di Baghdad.
Selain itu pernahkah engkau mengenal Ibnu Khaldun? yang dikenal sebagai sejarawan dan bapak sosiologi
Islam yang hafal Al-Qur’an sejak usia dini, terutama sejarah
peradaban islam. Ibn Al-Haitam? seorang ilmuwan yang memberikan ide penemuan
kamera, yang juga ahli dalam sains, falak, matematika, geometri, dan pengobatan. Abbas bin Farnas? ilmuwan
yang pertama kali menemukan ide kapal terbang. Dan Al-Jazari? seorang insinyur
dan ahli teknik sipil juga robotik. Ketahuilah ikhwah, sesungguhnya itu hanya
sedikit dari nama-nama para ilmuwan muslim pada masa keemasan Islam. Mereka
adalah para penemu yang menggambarkan kearifan peradaban masa lalu. Melalui
penemuan-penemuan mereka pada masa itu, penemuan-penemuan penting yang telah dikenal umat manusia pada saat ini
dapat dikembangkan.
Wahai ikhwah, perhatikanlah bagaimana keadaan umat Islam saat ini?
Umat Islam saat ini sangat terpuruk, sangat tertindas, dan sangat terasing.
Perhatikanlah olehmu wahai ikhwah, umat Islam benar-benar terpuruk, sehingga
banyak bermunculan aliran yang menyimpang dari ajaran yang dituntunkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Seperti Syi’ah, JIN (Jama’ah Islam
Nusantara), Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara), dan kaum sekuler, pluralis,
liberalis, juga orang-orang yang menyembah kuburan para wali. Kemudian
perhatikan juga olehmu wahai ikhwah, bagaimana nasib saudara kita di Palestina,
di Syam, di Yaman, di Rohingya, di Xinjiang, dan dibelahan bumi lainnya. Mereka
berada dalam penindasan orang-orang kafir dan munafik. Dan saksikanlah
bagaimana orang-orang yang senantiasa memegang teguh sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seakan-akan mereka itu seperti
menggenggam bara api. Lihatlah olehmu wahai ikhwah, dalam pandangan kebanyakan
manusia terhadap sesuatu yang sudah jelas sunnah, akan timbul dalam hati mereka
perasaan aneh dan takut. Setiap muslim yang mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam disebut sebagai ciri-ciri teroris.
Seperti berjenggot, bercelana cingkrang dan istrinya bercadar.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ
كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ
“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang
teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. At-Tirmidzi
no. 2260)
Sesungguhnya gambaran umat muslim sekarang amatlah menyedihkan.
Keterpurukan ruhani terjadi dimana-mana. Padahal pada tiap-tiap shalat, umat
muslim saat ini selalu berdoa dalam ayat keenam surat Al-Fatihah, “tunjukanlah
kami kepada jalan yang lurus.” Dan sadarkah engkau ikhwah, Allah subhanahu wa ta’ala sudah menunjukkan kepada kita
jawaban dari doa tersebut. Didalam
Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat kedua Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman, “Kitab
ini (Al-Qur’an) tidak ada keraguaan didalamnya, petunjuk bagi orang-orang yang
bertakwa.” Maka harus kita garis bawahi kata-kata “tidak ada keraguan
didalamnya” dan “petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.” Sebagaimana yang
harus kita pahami bahwa manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah harus berdasarkan
Al-Qur’an, As-Sunnah dan pemahaman para Sahabat.
Al-Qur'an adalah petunjuk. Jalan yang lurus ada pada Al-Qur’an dan
hidayah ada pula pada Al-Qur’an. Jika ada yang berkata bahwa dia belum
mendapatkan hidayah, perlu dipertanyakan apakah dia sudah membaca Al-Qur’an? Namun jika ia masih dalam keraguan
terhadap Al-Qur’an, Allah subhanahu
wa ta’ala menantang kepada
dia, “Jika engkau masih dalam keraguan terhadap apa yang kami turunkan
terhadap hamba kami Muhammad, maka buatlah satu surat saja yang semisal
dengannya.” Jika tantangan ini belum cukup, Allah menambahkan dalam firman
lanjutannya, “seandainya kalian tidak mampu, maka ajaklah penolong-penolong
kalian, namun jangan pernah meminta pertolongan Allah. Jika kamu memang
orang-orang yang benar.”
Dapatkah engkau melihat benang merah antara umat muslim terdahulu
dengan umat muslim zaman sekarang? Kenapa umat terdahulu begitu hebat? Akan penulis sampaikan, hal itu dikarenakan mereka adalah
orang-orang yang bertakwa dan sangat dekat dengan Al-Qur'an, mereka senantiasa
menjalani sunnah, dan mengikuti pemahaman
generasi terbaik (para sahabat). Orang bertakwa adalah orang mentaati apa yang
Allah subhanahu wa ta’ala perintahkan,
dan menjauhi apa yang Allah subhanahu wa ta’ala larang. Merekalah umat yang mendapatkan
keberuntungan di dunia dan akhirat.
Lantas apa yang membuat umat ini terpuruk? Sungguh, hal itu
terjadi karena umat ini telah jauh sekali dari Al-Qur'an, As-Sunnah, dan tidak
mengikuti pemahaman generasi
terbaik. Umat ini terpuruk secara ruhani, peran, duniawi, ukhrawi. Keterpurukan ini terjadi karena
pengikutan hawa nafsu dan kejahilan.
Ketika kita membandingkan seluruh era keemasan Islam dengan masa
kini semuanya terdengar tidak lebih dari sekedar dongeng. Sehingga banyak
diantara kaum muslimin yang tidak bangga dengan agamanya. Padahal hal apa dari
agama ini yang tidak membanggakanmu wahai ikhwah?
Ingatkah engkau ikhwah, dengan seorang budak yang hitam kulitnya,
parasnya tidak rupawan, dan nasab keluarganya hanyalah seorang budak. Saat itu
ketika Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam menyampaikan
risalah Islam kepada penduduk Mekkah, budak tersebut adalah salah satu yang
beriman kepada Rasul. Namun ia tidaklah memiliki daya sama sekali. Sehingga
siksaan pun menderanya setiap hari. Budak itu mendapatkan siksaan yang lebih
berat dari siapapun. Namun, sebagaimana kaum muslimin yang lemah lainnya, ia
tetap bersabar menghadapi ujian di jalan Allah. Orang-orang Quraisy menyiksa
budak tersebut dengan cara dicambuk dengan punggung yang telanjang. Mereka juga
menindih dada telanjang budak itu dengan batu besar yang panas. Mereka terus
menerus meningkatkan penyiksaannya. Mereka memaksa budak itu untuk memuji Latta
dan ‘Uzza, namun budak itu malah memuji nama Allah dan Rasul-Nya. Mereka terus
memaksanya, “Ikutilah yang kami katakan!”
Namun budak tersebut berkata, “Lidahku tidak bisa mengatakannya.”
Sebuah jawaban yang membuat dirinya mendapatkan siksaan yang lebih berat.
Sementara itu, ketika budak itu mendapatkan siksaan yang sedemikian hebat dan
berat, ia terus dan selalu mengumandangkan pernyataan agungnya, “Ahad...
Ahad... Ahad...” Ia mengulangnya terus-menerus tanpa merasa bosan.
Sudah terbesitkah dalam benakmu siapa nama budak itu? Tidak perlu
ahli tarikh untuk bertanya mengenai siapa sesungguhnya budak itu, karena
kisahnya amatlah mahsyur dan menjadi penyemangat bagi jiwa. Ketahuilah ikhwah,
dia adalah muadzin Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dikemudian
hari, dialah Bilal bin Rabbah radhiyallahu
‘anhu. Seorang budak yang mengamalkan satu kata dari Al-Qur’an. Namun satu
kata itulah yang mampu membuatnya bertahan dari segala macam siksaan. Hal itu
tidak mungkin terjadi jika tidak disertai oleh keimanan yang sempurna. Maha
Besar Allah, yang telah memuliaan budak yang hina dimata manusia dengan
mengamalkan satu saja perkataan dalam Al-Qur’an.
Ikhwah fillah, mari tanyakan kepada diri sendiri. Berapa banyak
hafalan yang kita miliki? Dan seberapa besar hal itu berpengaruh terhadap hidup
kita? Sungguh merugi seseorang yang tidak mengambil pelajaran dari sejarah dan
kisah-kisah orang sholeh. Janganlah sampai Al-Qur’an hanya dijadikan sebagai
bacaan saja, namun alfa dalam pengamalan.
Demi Allah, kembalilah kepada Al-Qur’an. Bacalah Al-Qur’an. Taddaburi, baca tafsirnya dan
amalkan isinya. Ikutilah sunnah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dan
pemahaman para Sahabat. Niscaya engkau akan melihat sesuatu
yang menakjubkan pandangan. Sesuatu yang kelak akan menyongsong kita umat
muslim. Sebuah masa dimana kita kembali bersatu dalam satu kepemimpinan
khilafah yang akan dipimpin oleh Imam Al-Mahdi ‘alaihis sallam.
Ketika kita kembali kepada Al-Qur’an, As-Sunnah dan pemahaman para
sahabat, in syaa Allah umat ini akan bangkit.
0 Comment for "Kembali Kepada Al-Qur'an, As-Sunnah, dan Pemahaman Para Sahabat"