Jangan Mencontek Wahai Sahabatku !!!

“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga” (HR. Muslim no. 2607)


Apa yang terbesit dalam pikiran sahabat ketika mendengar kata mencontek? Mungkin sebagian dari sahabat bergumam dalam hati “Dulu saya pernah mencontek” atau “Ah ini artikel pasti mau nyindir saya” atau “Waduh barusan aja saya nyontek nih... dosa gak ya?? atau mungkin ada juga yang bergumam “Penulis juga pernah nyontek kali...!!”

Mencontek memang hal yang sudah tidak asing lagi, apalagi menjelang musim-musim ujian sekolah. Ironinya, hal ini seakan-akan biasa saja dan seperti sudah menjadi tradisi. Bahkan ada beberapa orang yang beranggapan bahwa mencontek adalah suatu bentuk tolong-menolong dan jelas ini adalah pendapat yang sangat jelas keliru.

Menyontek jelas sebuah kecurangan. Menyontek, dalam berbagai bentuknya, jelas merupakan “musuh utama kesuksesan”. Ia bisa saja dilakukan secara sembunyi-sembunyi, tapi ada juga yang berani di depan banyak pasang mata. Ia bisa melibatkan orang per orang, atau bisa juga melibatkan sekelompok orang yang berkomplot.

Mencontek Merupakan Dosa Besar

Mencontek apapun bentuknya merupakan tindakan yang menyalahi syari’at karena mencontek merupakan salah satu bentuk dari penipuan. Sedangkan penipuan merupakan dosa besar. Diriwayatkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullah dalam kitabnya yaitu Shahih Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا

“Siapa yang menipu kami (umat Islam), maka dia bukan bagian dari kami.” (HR. Muslim 101)

Dari hadits di atas, maka setiap bentuk penipuan seperti berbohong, berbuat curang, mengelabui dan termasuk di dalamnya mencontek adalah perbuatan dosa besar karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa seorang penipu itu bukan bagian dari umat islam. Jika bukan bagian dari umat islam lalu?

Mencontek adalah Perilaku Orang Munafik

Seorang yang mencontek maka hilanglah sifat jujur dalam hatinya dan tumbuhlah sifat kemunafikan dalam hatinya. Jika seseorang telah tumbuh sifat kemunafikan dalam hatinya maka dirinya akan condong ke dalam kemaksiatan. Dan ketika seseorang telah berbuat maksiat dan tidak segera bertobat maka dia akan dimasukan ke dalam neraka. Na’udzubillahi min dzalik.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullah dalam kitabnya Shahih Muslim, dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607)

Dalam hadits yang telah masyhur disebutkan bahwa ada tiga tanda orang munafik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

“Tiga tanda munafik adalah jika berkata ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari dan ketika diberi amanat maka ia berkhianat.” (HR. Bukhari no. 33 dan Muslim no. 59)

Imam An-Nawawi rahimahullah berkata, “Hadits ini menerangkan tanda munafik, yang memiliki sifat tersebut berarti serupa dengan munafik atau berperangai seperti kelakuan munafik. Karena yang dimaksud munafik adalah yang ia tampakkan berbeda dengan yang disembunyikan. Pengertian munafik ini terdapat pada orang yang memiliki tanda-tanda tersebut” (Syarh Muslim, Jilid 2 hal. 47)

Efek buruk dari Perilaku Mencontek

Seperti halnya obat penurun demam yang memiliki efek samping bagi yang meminumnya. Mencontek pun memiliki efek samping. Hanya saja efek samping yang dihasilkannya tidaklah baik namun buruk. Efek buruknya pun dapat dirasakan dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Efek buruk yang dapat dirasakan jangka pendek jika sahabat melakukan perilaku mencontek antara lain. Sahabat menjadi tidak PD dengan jawaban yang telah sahabat tulis. Padahal bisa jadi jawaban sahabat itu lebih benar daripada jawaban milik teman sahabat. Mencontek juga dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain karena bila ketahuan guru, bisa dipastikan nilai sahabat 0. Padahal perilaku membahayakan diri sendiri maupun orang lain itu sangatlah dilarang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ

“Tidak boleh membuat kemudharatan dan tidak boleh memudharatkan orang lain.” (HR. Ibnu Majah no. 2341, Ad-Daruquthni no. 522, Al-Hakim II/57-58 dan selainnya)

Selain itu, bayangkan jika teman sahabat yang mencontek ke sahabat justru nilainya lebih tinggi dari sahabat. Apa yang sahabat rasakan? Pasti sakitnya tuh disini, di dalam hati sahabat. Hal ini berarti bahwa kerjasama dengan cara mencontek saat ujian adalah hal yang sia-sia, karena teman sahabat hanya memanfaatkan sahabat dan secara tidak sadar sahabat telah dimanfaatkan. Betul tidak? Ya.. Hal ini sering terjadi. Ujian itu kan kompetisi, maka setiap peserta haruslah bersaing bukannya malah bekerja sama. Ingat wahai sahabat dalam sebuah kompetisi hanya satu orang juaranya. Dan sang juara adalah orang yang paling bersungguh-sungguh dalam mengikuti kompetisi tersebut.

Setelah efek buruk jangka pendek, sekarang bagaimana efek buruk jangka panjang dari budaya mencontek ini? Sahabat mungkin pernah mendengar suatu pepatah yang berbunyi, “Siapa yang menanam, maka kelak dia akan menuai hasilnya.” Jika kita menanam kebaikan maka kebaikan yang akan kita dapat. Akan tetapi jika kita menanam keburukan maka keburukanlah yang akan kita dapat. Jika sahabat terbiasa mencontek, maka kebiasaan itulah yang akan membentuk diri sahabat. Beberapa karakter yang dapat dihasilkan dari kegiatan mencontek antara lain : menyepelekan suatu masalah, senang jalan pintas dan malas berusaha keras, mengambil milik orang lain tanpa ijin dan kehalalan pekerjaan yang diertanyakan. Bisa dipastikan, ketika seseorang yang biasa mencontek sudah beranjak dewasa dan mulai hidup sendiri maka tabiat-tabiat hasil perilaku mencontek ini mulai diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari, seperti mencuri, korupsi, pemalas, dan panjang angan-angan namun tak mau berusaha keras. Sekarang coba sahabat perhatikan bagaimana keadaan di negeri ini. Mengapa banyak pencuri. Mengapa banyak pejabat yang korupsi dan tidur saat sidang di paripurna. Ya semua itu tidak lain dan tidak bukan karena dibentuk dari tabiat buruk hasil perilaku mencontek ketika masih mengenyam bangku sekolah.

Jika Pernah Mencontek Wajib Bertaubat Kepada Allah

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa mencontek merupakan dosa besar, maka jika sahabat pernah mencontek maka hendaklah sahabat segera bertaubat kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Bertaubat dengan sungguh-sungguh dan menyesali perbuatan itu serta berjanji tidak akan mengulanginya kembali. Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala Maha Penerima Taubat bagi hamba-hamba-Nya yang senantiasa bertaubat.

Dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi rahimahullah dalam kitabnya Sunan At-Tirmidzi, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

قَالَ الله تَعَالَى يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِيْ، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ وَلاَ أُبَالِيْ، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِيْ لاَ تُشْرِكْ بِيْ شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً

“Allah ta’ala berfirman: “Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau memohon dan mengharap kepada-Ku, niscaya Aku ampuni dosa-dosamu yang lalu dan aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu sampai ke awan langit, kemudian engkau memohon ampun kepada-Ku niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang kepada-Ku dengan dosa-dosa sepenuh bumi dan kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatupun, niscaya Aku datangkan untukmu ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. At-Tirmidzi no. 3540)

Banggalah Dengan Hasil Sendiri

Sahabat yang senantiasa di rahmati oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Janganlah minder dengan nilai ujian sahabat yang kecil, jika itu adalah murni hasil perjuangan sahabat. Justru sahabat seharusnya malu jika merasa bangga bahkan sombong dengan nilai ujian sahabat yang besar akan tetapi hasil dari mencontek. Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala itu melihat proses perjuangan sahabat, bukan melihat hasilnya. Jika memang hasil yang di dapat oleh sahabat kurang memuaskan, berarti sahabat perlu lebih semangat lagi dalam belajar.

Kejujuran dalam segala hal adalah mutlak diperlukan. Ketika sahabat mencoba untuk jujur dengan tidak mencontek ketika ujian, maka itu artinya sahabat sedang di uji keimanannya oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Sebaliknya jika sahabat berdusta dengan cara mencontek maka niscaya Allah subhanahu wa ta’ala akan murka kepada sahabat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami Telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya kami Telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS Al-Ankabuut [29] : 2-3)

Coba sahabat perhatikan firman Allah subhanahu wa ta’ala di atas. Dari ayat di atas sahabat bisa memahami bahwasanya setiap manusia itu akan diuji dengan ujian yang bermacam-macam. Dan ketika sahabat berhasil menyelesaikan ujian itu dengan baik, maka Allah subhanahu wa ta’ala memberikan predikat mukmin atau orang yang beriman kepada sahabat. Sedangkan kita semua tahu bahwasanya tempat kembali bagi orang-orang yang beriman adalah surga yang luasnya lebih luas daripada langit dan bumi. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah Surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabbnya.” (QS. Al-Bayyinah [98] : 7-8)

Sahabat yang semoga dirahmati oleh Allah subahanhu wa ta’ala. Semoga dengan tulisan penulis yang singkat ini dapat menjadi renungan bagi sahabat semua untuk senantiasa bersikap jujur dalam segala hal, khususnya dalam masalah belajar di sekolah. Belajarlah dengan sungguh-sungguh, niscaya Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan kefahaman kepada sahabat sehingga ilmu yang sahabat dapatkan bisa bermanfaat bagi diri sahabat sendiri maupun bagi kemashlahatan umat. Janganlah mencontek karena mencontek hanyalah menipu diri sendiri dan dapat mendatangkan murka Allah subhanahu wa ta’ala. Hanya Allah yang memberi hidayah taufiq. Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.

0 Comment for "Jangan Mencontek Wahai Sahabatku !!!"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top