8 Kelelahan Yang Disukai Allah dan Rasul-Nya

“Siapakah yang lebih baik perkataannya, daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shaleh, dan berkata: 'Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Fushilat [41] : 33)


Apakah kita pernah merasa kelelahan? Ya pasti pernah, kelelahan adalah sifat alami manusia, karena manusia adalah makhluk yang lemah. Kelelahan terjadi karena seseorang terkuras tenaganya baik tenaga secara fisik maupun pikiran.

Kita bisa perhatikan orang tua kita, ayah kita pulang dari bekerja kemudian beliau duduk di kursi sambil menghela nafas menandakan betapa lelahnya dia bekerja seharian walaupun lidahnya tak mengatakan bahwa dia lelah sama sekali. Begitupula ibu kita, perhatikanlah wajahnya setelah selesai mengerjakan urusan rumah tangga seperti mencuci atau memasak, peluh tercucur dari dahinya tanda kelelahan namun beliau tetap tegar. Dan juga perhatikanlah diri kita sendiri, kadang ketika kita selesai bekerja bagi yang telah bekerja atau selesai belajar bagi yang masih sekolah atau kuliah, saat kita pulang kita merasa kelelahan. Kita menarik nafas dalam-dalam, kadang meminum air yang banyak untuk mengembalikan kekuatan kita. Bahkan tak jarang yang langsung beristirahat dengan cara tidur.

Sekarang coba kita bayangkan, seandainya kelelahan yang kita rasakan tak berarti apa-apa dihadapan Allah subhanahu wa ta’ala, tentu sangatlah merugi kita. Bahkan jika ternyata kelelahan yang kita rasakan mengakibatkan murka Allah subhanahu wa ta’ala maka sungguh akan binasalah kita. Coba kita perhatikan, mereka yang menuntut ilmu agama, mereka yang beribadah, mereka yang berdakwah, mereka yang berjihad, mereka semua merasa kelelahan. Namun perhatikan pula orang-orang yang bermaksiat, mereka yang berzina, mereka yang pacaran, mereka yang berjudi, mereka yang mencuri, mereka semua pun merasakan kelelahan. Baik yang taat maupun yang maksiat sama-sama merasakan kelelahan. Namun hasil yang akan diperoleh kelak di Yaumul Hisab sangatlah jauh berbeda. Derajat mereka berbeda di hadapan Allah subhanahu wa ta’la.

Pada kesempatan kali ini, penulis akan menjelaskan mengenai 8 kelelahan yang paling disukai oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya. Semoga dengan penjabaran penulis, kita semua bisa lebih semangat lagi dalam beramal shalih dan lebih bersikap wara’ dalam mengarungi samudera kehidupan.

1.       Lelah dalam berjihad di jalan-Nya

Lelah dalam berjihad di jalan Allah subhanahu wa ta’ala adalah kelelahan yang paling tinggi karena balasan dari kelelahan ini adalah Surga yang luasnya lebih luas dari langit dan bumi. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah [9] : 111)

Namun sebelumnya harus dipahami mengenai makna jihad ini sendiri, karena banyak yang salah pemahaman mengenai jihad ini. Kebanyakan kita berfikir yang disebut jihad itu ya beperang, angkat senjata, membunuh musuh-musuh islam. Namun perspektif jihad dalam hal ini adalah terlalu sempit. Betul jihad dengan senjata dan berperang melawan orang kafir adalah jihad yang paling tinggi akan tetapi masih banyak jihad-jihad lain. Menuntut ilmu itu jihad, berdakwah itu jihad, mencari nafkah bagi keluarga itu pun jihad, mengurus keluarga itu juga jihad. Bahkan jika kita mengetahui, menolak dengan hati terhadap perkara-perkara maksiat pun itu termasuk jihad.

2. Lelah dalam mengajak kepada kebaikan

Kelelahan selanjutnya yang paling dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya adalah lelah dalam mengajak kepada kebaikan atau berdakwah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Siapakah yang lebih baik perkataannya, daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shaleh, dan berkata: 'Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Fushilat [41] : 33)

3. Lelah dalam beribadah dan beramal shalih

Kelelahan dalam beribadah dan beramal shalih pun merupakan kelelahan yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, karena dengan beribadah dan beramal shalih maka seorang hamba menjadi lebih dekat kepada Rabbnya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut [29] : 69)

4. Lelah mengandung, melahirkan, menyusui, merawat dan mendidik anak-anaknya

Jika kita perhatikan, seorang ibu yang sedang mengandung membawa beban berat dalam rahimnya, berkorban nyawa ketika dia melahirkan, menyusui anaknya walaupun sampai bela-belain begadang semalam suntuk agar anaknya tidak menangis, merawat anaknya dengan penuh kasih saying dan juga mendidik putra dan putrinya agar menjadi insan yang baik dan taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya serta berguna bagi perjuangan umat, maka tak salahlah jika kelelahan seorang ibu sangatlah dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia, (untuk berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu.” (QS. Luqman [31] : 14)

Derajat seorang ibu sangat tinggi sekali, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanyai mengenai siapa orang yang paling harus di hormati maka beliau menjawab ibu sebanyak tiga kali kemudian ayah. Karena begitu mulianya seorang ibu, maka hendaklah kita menyayangi ibu kita dengan semampu kita walaupun berbaktinya kita kepada ibu kita mustahil akan terbalas. Seperti sebuah pepatah “Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galang.”

5. Lelah dalam mencari nafkah halal

Setelah kelelahan ibu, sekarang kita bepindah kepada kelelahan ayah dalam mencari nafkah. Mungkin sering kita mendengar celotehan “cari duit yang haram aja susah apalagi yang halal”. Melihat realita tersebut, terlebih lagi pada masa ini dimana fitnah akhir zaman semakin banyak, maka jika seseorang mampu mencari nafkah yang halal maka jelaslah kelelahannya sangat disukai oleh Allah dan Rasul-Nya. Bagi yang sudah bekerja pasti merasakan sulitnya mencari uang dengan halal, banyak sentilan-sentilun yang mengajak kita untuk bermaksiat kepada Allah, terlebih lagi jika kita ditempatkan pada posisi yang ‘basah’ seperti pada bagian keuangan, jelas kita pasti harus benar-benar bersabar. Atau bagi yang belum bekerja, maka lihatlah orang tua, ayah kita yang rela banting tulang dari pagi sampai malam hanya agar kita bisa tetap makan, bisa tetap sekolah atau kuliah. Maka dari itu janganlah sampai kita mengecewakan orang tua kita khususnya ayah kita yang telah berusaha bekerja mencari nafkah. Belajarlah dengan sungguh-sungguh dan raihlah cita-cita sahabat dan jangan lupa dibarengi dengan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Mengenai kelelahan dalam mencari nafkah yang halal, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak, supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu'ah [62] : 10)

6. Lelah mengurus keluarga

Seorang kepala keluarga yang senantiasa ikhlas dalam mengurus keluarga, maka kelelahannya disukai oleh Allah dan Rasul-Nya. Apalagi jika kelelahan itu adalah dalam rangka mendidik anggota keluarganya untuk kenantiasa taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala, memelihara dirinya dan keluarganya dari api neraka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim [66] : 6)

7. Lelah dalam belajar/menuntut ilmu

Bagi yang sedang menuntut ilmu, bersemangatlah dalam belajar. Karena kelelahan yang akan kita rasakan akan dibalas dengan manis di dunia maupun di akhirat. Di dunia, kita akan dinaikan derajatnya oleh Allah subhanahu wa ta’ala, saat kita meninggal dan di alam kubur, kita akan diberikan pahala yang terus mengalir dan ketika dibangkitkan dan dihisab oleh Allah subhanahu wa ta’ala, kita akan diberikan surga. Sungguh tak ada yang sia-sia dalam menuntut ilmu terlebih lagi dalam ilmu agama.

Dalam hal menuntut ilmu ini, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ

“Tidak wajar bagi seseorang manusia, yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: 'Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku, bukan penyembah Allah'. Akan tetapi (dia berkata): 'Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab, dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya'.” (QS. Ali Imran [3] : 79)

8. Lelah dalam kesusahan, kekurangan dan sakit

Dan lelah yang terakhir yang disukai Allah dan Rasul-Nya adalah kelelahan dalam kesusahan, kekurangan dan sakit. Barangsiapa yang sabar dan senantiasa berharap pertolongan dari Allah subhanahu wa ta’ala, niscaya dia akan mendapatkan rahmat dari Allah subhanahu wa ta’ala dan senantiasa mendapatkan petunjuk. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ  أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira, kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: 'Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun'. Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb-nya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah [2] : 155-157)

Semoga kelelahan dan kepayahan yang kita rasakan menjadi bagian yang disukai Allah dan Rasul-Nya dan menjadi washilah bagi kita untuk mendapatkan keridhaan-Nya. Amiin. Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.


سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

0 Comment for "8 Kelelahan Yang Disukai Allah dan Rasul-Nya"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top