“Sesungguhnya pada
kisah-kisah mereka (para Nabi dan umat mereka) itu terdapat pelajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal (sehat).” (QS. Yusuf [12] : 111)
Mengetahui
sejarah kegemilangan peradaban Islam dan sumbangsihnya kepada dunia adalah satu
langkah adil dalam menyikapi kemunduran intelektualitas dan keburukan moral
personal Muslim saat ini yang kerap didiskreditkan atas ajaran
Islam itu sendiri.
Jika
kita masuk mesin waktu menuju kurun pertengahan sekitar abad ke-10 Masehi dan
terbang menyusuri kota-kota dunia Islam dan kota-kota dunia Barat, kita akan
tercengang melihat dunia yang penuh dengan kehidupan, kekuatan dan peradaban,
yakni dunia Islam, dan dunia lain yang primitif, tak mengenal ilmu pengetahuan
dan peradaban yakni dunia Barat.
Dalam
buku sejarah umum karya Lavis dan Rambou dijelaskan, Inggris Anglo-Saxon pada
abad ke-7 M hingga abad ke-10 M merupakan negeri tandus, terisolir, kumuh dan
liar. Rumah-rumah dibangun dengan batu kasar tidak dipahat dan diperkuat dengan
tanah halus. Rumah-rumahnya dibangun di daratan rendah, berpintu sempit, tidak
terkunci kokoh dan dinding serta temboknya tidak berjendela.
Wabah
penyakit berjangkit menimpa binatang ternak yang merupakan sumber penghidupan
satu-satunya. Tempat kediaman dan keamanan manusia tidak lebih baik dari hewan.
Kepala suku tinggal di gubuknya bersama keluarga, pelayan, dan orang-orang yang
punya hubungan dengannya. Mereka berkumpul di sebuah ruangan besar. Di bagian
tengahnya terdapat tungku yang asapnya mengepul lewat lubang tembus yang
menganga di langit-langit.
Mereka
semua makan di satu meja. Majikan dan istri duduk di salah satu ujung meja.
Sendok dan garpu belum dikenal dan gelas-gelas mempunyai huruf di bagian
bawahnya. Setiap orang yang makan harus memegang sendiri gelasnya atau
menuangkannya ke mulutnya sekaligus. Majikan beranjak memasuki biliknya di sore
hari setelah selesai makan dan minum. Meja dan perkakas kemudian diangkat.
Semua orang yang ada di ruangan itu tidur di tanah atau di atas bangku panjang.
Senjata mereka ditaruh di atas kepala mereka masing-masing karena pencuri saat
itu sangat berani sehingga orang dituntut untuk selalu waspaada dalam setiap
waktu dan keadaan.
Kala
itu Eropa penuh dengan hutan belantara. Sistem pertaniannya terbelakang. Dari
rawa-rawa dipinggiran kota, tersebar bau-bau busuk yang menyengat. Rumah-rumah
di Paris dan London dibangun dari kayu dan tanah yang dicampur dengan jerami
dan bambu. Rumah-rumah itu tidak berventilasi dan tidak punya kamar-kamar yang
teratur. Permadani sama sekali belum dikenal di kalangan mereka. Mereka juga
tidak punya tikar, kecuali jerami-jerami yang ditebarkan di atas tanah.
Mereka
tidak mengenal kebersihan. Kotoran hewan dan sampah dapur dibuang di depan
rumah sehingga menyebarkan bau busuk yang meresahkan. Satu keluarga semua
anggota (laki-laki, perempuan dan anak-anak) tidur di satu kamar bahkan
seringkali binatang piaraan dikumpulkan bersama mereka. Tempat tidur mereka berupa
sekantung jerami yang di atasnya diberi sekantung bulu domba sebagai bantal.
Jalan-jalan raya tidak ada saluran air, tidak ada batu-batu pengeras dan lampu.
Begitulah keadaaan bangsa Barat pada abad pertengahan sampai abad ke-11 Masehi,
menurut pengakuan para sejarawan mereka sendiri.
Bagaimana
dengan dunia Islam? Kini tengok beberapa kota besar Islam seperti Baghdad,
Damaskus, Cordoba, Granada, dan Sevilla untuk mengetahui bagaimana keadaan
kota-kota ini dan bagaimana peradabannya.
Cordoba.
Malam hari kota itu diterangi lampu. Pejalan kaki memperoleh cahaya sepanjang
sepuluh mil tanpa terputus. Lorong-lorongnya dialasi dengan batu ubin. Cordoba
dikelilingi taman hijau. Orang yang berkunjung ke sana biasanya
bersenang-senang dulu di kebun-kebun dan taman-taman sebelum sampai di kota
Cordoba. Penduduknya lebih dari satu juta jiwa (saat itu kota terbesar di Eropa
penduduknya tidak lebih dari 25.000 orang).
Jika
kita beralih ke Granada, kita akan menyingkap keagungan bangunan istana
Al-Hambra yang merupakan lambang keajaiban yang sangat mencengangkan. Tempat
yang selalu menjadi pusat perhatian para wisatawan dari mancanegara kendati
zaman datang silih berganti. Istana ini didirikan di atas bukit yang menghadap
ke kota Granada dan hamparan ladang yang luas dan subur yang mengelilingi kota
itu sehingga tampak seperti tempat terindah di dunia.
Lain
lagi di Sevilla. Di kota ini terdapat 6000 alat tenun sutra. Setiap penjuru
kota Sevilla dikelilingi pohon zaitun, dan karena itulah di situ terdapat
100.000 tempat pemerasan minyak zaitun. Secara umum, kota-kota Spanyol ramai
sekali.
Setiap
kota terkenal dengan berbagai macam industrinya yang diincar oleh bangsa Eropa
dengan antusias. Bahkan kota-kota itu terkenal dengan pabrik-pabrik baju besi,
topi baja, dan alat perlengkapan baja lainnya sehingga orang-orang Eropa datang
dari setiap tempat untuk membelinya.
Selanjutnya
Baghdad. Sebelum dibangun oleh Khalifah Al-Mansur, Baghdad terletak di daerah
yang sempit dan kecil. Ketika Al-Mansur bertekad membangunnya, ia mendatangkan
insinyur teknik, para arsitek dan pakar ilmu ukur. Kemudian ia melakukan
sendiri peletakan batu pertama pembangunan itu. Seluruh biaya yang dibelanjakan
untuk membangun Baghdad mencapai 4.800.000 dirham. Jumlah pekerja mencapai
100.000 orang. Baghdad mempunyai tiga lapis tembok besar dan kecil mencapai
6.000 buah di bagian timur dan 4.000 buah di bagian barat. Selain sungaai
Tigris dan Efrat, terdapat juga 11 sungai cabang yang airnya mengalir ke
seluruh rumah dan istana Baghdad.
Di
sungai Tigris sendiri terdapat 30.000 jembatan. Tempat mandinya mencapai 60.000
buah. Di akhir masa pemerintahan Abbasiyah jumlah ini berkurang menjadi hanya
beberapa puluh ribu buah. Masjid-masjid mencapai 300.000 buah, sementara
penduduk Baghdad dan kebanyakan ulama, sastrawan dan filsuf sudah tak terhitung
lagi jumlahnya.
Demikian
gambaran indah kejayaan Islam. Namun ironis, kejayaan itu selain sudah berlalu
juga sengaja ditutup-tutupi. Berbagai temuan ilmu pengetahuan oleh kalangan
Islam, justru diklaim kalangan Barat.
Wallahu’alam
Source: Kata
Pengantar buku Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia karya Dr. Raghib As-Sirjani hafizhahullah.
Like Fanspage Facebook: Sharing Seputar Islam dan Islamic History
0 Comment for "Islam: Glory and Weathly"