Imam Asy-Syafi’i
rahimahullah berkata: “Menuntut ilmu lebih utama daripada shalat sunnah.” (Jami’
Al-Bayan, Jilid 1 hal. 123)
Diriwayatkan
dalam Kitab Zaadul Murabiyyin. Suatu hari
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkunjung ke rumah
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah. Imam Ahmad rahimahullah mempunyai
seorang putri yang shalihah, kalau malam beribadah, siang berpuasa dan menyukai
kisah orang-orang shalih dan pilihan.
Putri beliau
ini ingin sekali melihat lmam Asy-Syafi’i rahimahullah secara langsung,
sebab sang ayah sangat menghormatinya. Ketika Imam Asy-Syafi’i rahimahullah
berkunjung ke rumah mereka, sang putri merasa sangat senang dan berharap bisa
melihat apa saja yang dikerjakan Imam Asy-Syafi’i rahimahullah serta
mendengar ucapan-ucapannya.
Setelah selesai
makan malam bersama, Imam Ahmad rahimahullah menuju tempat shalat untuk
melakukan shalat dan dzikir. Imam Asy-Syafi’i rahimahullah tiduran
terlentang, sedangkan sang putri selalu mengawasi Imam Asy-Syafi’i rahimahullah
sampai fajar.
Di pagi hari,
sang putri berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku… Apakah benar beliau ini Imam Asy-Syafi’i
rahimahullah yang engkau ceritakan padaku dulu?”
Imam Ahmad rahimahullah
menjawab: “Benar anakku.”
Putri Imam
Ahmad rahimahullah berkata: “Aku mendengar bahwa engkau menghormati Imam
Asy-Syafi’i rahimahullah, tapi apa yang aku lihat tadi malam beliau
tidak shalat, tidak dzikir dan tidak pula wirid. Dan aku juga melihat ada 3 hal
yang aneh.”
Imam Ahmad rahimahullah
bertanya: “Apa saja 3 hal itu, wahai annaku?”
Putri Imam
Ahmad rahimahullah menjawab: “Ketika kita sajikan makanan kepada Imam Asy-Syafi’i
rahimahullah, beliau makan banyak sekali dan ini berbeda dengan yang
kudengar. Ketika masuk kamar, beliau tidak beribadah shalat malam, dan ketika
shalat subuh bersama kita, beliau shalat tanpa berwudhu.”
Ketika
menjelang siang dan mereka berbincang-bincang, Imam Ahmad rahimahullah berkata
kepada Imam Asy-Syafi’i rahimahullah tentang apa yang dilihat oleh
putrinya, lalu Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata: “Wahai Abu
Muhammad, aku memang semalam banyak makan karena aku tahu bahwa makananmu
adalah makanan halal dan engkau adalah orang mulia sedangkan makan orang mulia
adalah obat, kalau makanan orang bakhil adalah penyakit, jadi aku makan bukan
untuk kenyang tapi untuk berobat dengan makananmu. Adapun semalam aku tidak
sholat malam, hal itu dikarenakan ketika aku melatakkan kepalaku untuk tidur,
aku melihat seolah-olah Al-Qur’an dan hadits berada di depanku, kemudian Allah
membukakan kepadaku 72 masalah ilmu fiqih yang kususun untuk kemashlahatan
muslimin, maka memikirkan ilmu inilah yang menghalangi antara diriku dan shalat
malam. Adapun ketika shalat subuh bersama kalian aku tidak wudhlu, maka demi
Allah tidaklah kedua mataku tertidur hingga aku butuh memperbaharui wudhlu.
Semalam suntuk aku terjaga, jadi aku shalat subuh bersama kalian dengan wudhu
shalat Isya’.”
Kemudian setelah
mejelaskan semua itu, Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berpamitan dan
pulang. Imam Ahmad rahimahullah pun berkata kepada putrinya: “Yang
dikerjakan oleh Imam Asy-Syafi’i rahimahullah semalam dalam keadaan
tiduran lebih utama daripada apa yang kukerjakan sambil shalat malam.”
Diriwayatkan dari
Rabi’ bin Sulaiman al-Muradi rahimahullah, bahwasanya Imam Asy-Syafi’i rahimahullah
berkata:
طلب العلم أفضل من الصلاة النافلة
“Menuntut ilmu lebih utama daripada shalat sunnah.”
(Shahih Jami’ Al-Bayan, Jilid 1 hal. 123)
0 Comment for "Kisah Imam Asy-Syafi'i Rahimahullah dengan Putri Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah"