“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’ [17] : 32)
Banyak
kalangan pasti sudah mengenal hari valentine (bahasa Inggris : Valentine’s
Day). Hari tersebut dirayakan sebagai suatu perwujudan cinta kasih seseorang.
Perwujudan yang bukan hanya untuk sepasang muda-mudi yang sedang jatuh cinta.
Namun, hari tersebut memiliki makna yang lebih luas lagi. Di antaranya kasih
sayang antara sesama, pasangan suami-istri, orang tua-anak, kakak-adik dan
lainnya. Sehingga valentine’s day biasa disebut pula dengan hari kasih sayang.
Cikal
Bakal Hari Valentine
Sebenarnya
ada banyak versi yang tersebar berkenaan dengan asal-usul Valentine’s Day.
Namun, pada umumnya kebanyakan orang mengetahui tentang peristiwa sejarah yang
dimulai ketika dahulu kala bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap
tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia. Perayaan Lupercalia adalah
rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari
pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno
Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak.
Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar
harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan
obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia
dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit
binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan
membuat mereka menjadi lebih subur.
Ketika
agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para
tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa
Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau
Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I
(The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan
lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi
Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk
menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Book
Encyclopedia 1998).
Kaitan
Hari Kasih Sayang dengan Valentine
The
Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama
Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai
yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa
“St. Valentine” yang dimaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui
ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut
versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St.
Valentine karena menyatakan Tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah
tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu
menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi
kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan
lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Kaisar
lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan
diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung
pada 14 Februari 269 M (The World Book Encyclopedia, 1998).
Versi
lainnya menceritakan bahwa sore hari sebelum Santo Valentinus akan gugur
sebagai martir (mati sebagai pahlawan karena memperjuangkan kepercayaan), ia
menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya
yang tertulis “Dari Valentinusmu”. (Sumber pembahasan di atas:
http://id.wikipedia.org/ dan lain-lain)
Dari
penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan:
·
Valentine’s Day berasal
dari upacara keagamaan Romawi Kuno yang penuh dengan paganisme dan kesyirikan.
·
Upacara Romawi Kuno di
atas akhirnya dirubah menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint
Valentine’s Day atas inisiatif Paus Gelasius I. Jadi acara valentine menjadi
ritual agama Nashrani yang dirubah peringatannya menjadi tanggal 14 Februari,
bertepatan dengan matinya St. Valentine.
·
Hari valentine juga
adalah hari penghormatan kepada tokoh nashrani yang dianggap sebagai pejuang
dan pembela cinta.
Pada
perkembangannya di zaman modern saat ini, perayaan valentine disamarkan dengan
dihiasi nama “hari kasih sayang”.
Sungguh
ironis memang kondisi umat Islam saat ini. Sebagian orang mungkin sudah
mengetahui kenyataan sejarah di atas. Seolah-olah mereka menutup mata dan
menyatakan boleh-boleh saja merayakan hari valentine yang cikal bakal
sebenarnya adalah ritual paganisme. Sudah sepatutnya kaum muslimin berpikir,
tidak sepantasnya mereka merayakan hari tersebut setelah jelas-jelas nyata
bahwa ritual valentine adalah ritual non muslim bahkan bermula dari ritual
paganisme.
Selanjutnya
kita akan melihat berbagai kerusakan yang ada di hari Valentine. Berikut ini
adalah beberapa kerusakan yang terjadi ketika seorang muslim merayakan hari
Valentine.
1. Merayakan Valentine Berarti Meniru-niru Orang Kafir
Agama
Islam telah melarang kita meniru-niru orang kafir. Larangan ini terdapat dalam
berbagai ayat, juga dapat ditemukan dalam beberapa sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan hal ini juga merupakan kesepakatan para ulama. Inilah
yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam
kitab beliau Iqtidho’ Ash-Shiroth Al-Mustaqim.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita menyelisihi orang
Yahudi dan Nashrani. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ
الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبُغُونَ ، فَخَالِفُوهُمْ
“Sesungguhnya orang
Yahudi dan Nashrani tidak mau merubah uban, maka selisihlah mereka.” (HR. Al-Bukhari
no. 3462 dan Muslim no. 2103)
Hadits
ini menunjukkan kepada kita agar menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani secara
umum dan di antara bentuk menyelisihi mereka adalah dalam masalah uban.
(Iqtidho’, 1/185)
Dalam
hadits lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan secara
umum supaya kita tidak meniru-niru orang kafir. Beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ
بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang
menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Abu Dawud
no. 4031)
Telah
jelas di muka bahwa hari Valentine adalah perayaan paganisme, lalu diadopsi menjadi
ritual agama Nashrani. Merayakannya berarti telah meniru-niru mereka.
2. Menghadiri Perayaan Orang Kafir Bukan Ciri Orang Beriman
Allah
subhanahu wa ta’ala sendiri telah mencirikan sifat orang-orang beriman.
Mereka adalah orang-orang yang tidak menghadiri ritual atau perayaan
orang-orang musyrik dan ini berarti tidak boleh umat Islam merayakan perayaan
agama lain semacam valentine. Semoga ayat berikut bisa menjadi renungan bagi
kita semua.
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ
لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
“Dan orang-orang yang
tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan
(orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka
lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al-Furqan [25] : 72)
Ibnul
Jauzi rahimahullah dalam Za’adul Masir mengatakan bahwa ada 8 pendapat
mengenai makna kalimat “tidak menyaksikan perbuatan zur”, pendapat yang ada ini
tidaklah saling bertentangan karena pendapat-pendapat tersebut hanya menyampaikan
macam-macam perbuatan zur. Di antara pendapat yang ada mengatakan bahwa “tidak
menyaksikan perbuatan zur” adalah tidak menghadiri perayaan orang musyrik.
Inilah yang dikatakan oleh Ar-Rabi’ bin Anas.
Jadi,
ayat di atas adalah pujian untuk orang yang tidak menghadiri perayaan orang
musyrik. Jika tidak menghadiri perayaan tersebut adalah suatu hal yang terpuji,
maka ini berarti melakukan perayaan tersebut adalah perbuatan yang sangat
tercela dan termasuk ‘aib (Lihat Iqtidho’, Jilid 1 hal. 483). Jadi, merayakan
Valentine’s Day bukanlah ciri orang beriman karena jelas-jelas hari tersebut
bukanlah hari raya umat Islam.
3. Mengagungkan Sang Pejuang Cinta Akan Berkumpul Bersamanya di Hari Kiamat
Nanti
Jika
orang mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan keutamaan
berikut ini.
Dari Anas bin
Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya
pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Kapan terjadi hari kiamat,
wahai Rasulullah? “Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Apa
yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?” Orang tersebut menjawab:
“Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak
shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah
cinta Allah dan Rasul-Nya.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata:
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang
engkau cintai.” (HR. Al-Bukhari no. 6171 dan Muslim no. 2639)
Dalam riwayat
lain, Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengatakan: “Kami tidaklah
pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam: أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ (Engkau akan bersama dengan orang
yang engkau cintai). Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu pun mengatakan:
“Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu
Bakar, dan Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku
pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.” (HR.
Al-Bukhari no. 3688)
Bandingkan,
bagaimana jika yang dicintai dan diagungkan adalah seorang tokoh Nashrani yang
dianggap sebagai pembela dan pejuang cinta di saat raja melarang menikahkan
para pemuda. Valentine-lah sebagai pahlawan dan pejuang ketika itu. Lihatlah
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas: “Kalau begitu engkau
bersama dengan orang yang engkau cintai”. Jika Anda seorang muslim, manakah
yang Anda pilih, dikumpulkan bersama orang-orang shalih ataukah bersama tokoh
Nashrani yang jelas-jelas kafir? Siapa yang mau dikumpulkan di hari kiamat
bersama dengan orang-orang kafir? Semoga menjadi bahan renungan bagi Anda,
wahai para pengagum Valentine!
4. Ucapan Selamat Berakibat Terjerumus Dalam Kesyirikan dan Maksiat
“Valentine”
sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang
Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus,
tuhan orang Romawi.
Oleh
karena itu disadari atau tidak, jika kita meminta orang menjadi “To be my
valentine (Jadilah valentineku)”, berarti sama dengan kita meminta orang
menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar,
menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada
berhala.
Kami
pun telah kemukakan di awal bahwa hari valentine jelas-jelas adalah perayaan
nashrani, bahkan semula adalah ritual paganisme. Oleh karena itu, mengucapkan
selamat hari kasih sayang atau ucapan selamat dalam hari raya orang kafir
lainnya adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama),
sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dalam
kitabnya Ahkamu Ahlidz Dzimmah Jilid 1 hal. 441. Beliau rahimahullah
mengatakan, “Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang
khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal atau selamat hari
valentine) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum
muslimin. Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada hari raya dan puasa
mereka seperti mengatakan, ‘Semoga hari ini adalah hari yang berkah bagimu’,
atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan semacamnya. Kalau memang
orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat dari kekafiran, namun dia tidak
akan lolos dari perkara yang diharamkan. Ucapan selamat hari raya seperti ini
pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan selamat atas sujud yang mereka
lakukan pada salib, bahkan perbuatan seperti ini lebih besar dosanya di sisi
Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih dibenci oleh Allah dibanding seseorang
memberi ucapan selamat pada orang yang minum minuman keras, membunuh jiwa,
berzina, atau ucapan selamat pada maksiat lainnya.”
5. Hari Kasih Sayang Menjadi Hari Semangat Berzina
Perayaan
Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran. Kalau di masa
Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian
di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa
sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling
sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek
zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.
Dalam
semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat
dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman,
bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi
boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang. Na’udzu
billah min dzalik.
Padahal
mendekati zina saja haram, apalagi melakukannya. Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:
وَلَا
تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu
mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan
suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’ [17] : 32)
Dalam
Tafsir Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada
perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja
tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang.
6. Meniru Perbuatan Setan
Menjelang
hari Valentine-lah berbagai ragam coklat, bunga, hadiah, kado dan souvenir laku
keras. Berapa banyak duit yang dihambur-hamburkan ketika itu. Padahal
sebenarnya harta tersebut masih bisa dibelanjakan untuk keperluan lain yang
lebih bermanfaat atau malah bisa disedekahkan pada orang yang membutuhkan agar
berbuah pahala. Namun, hawa nafsu berkehendak lain. Perbuatan setan lebih
senang untuk diikuti daripada hal lainnya. Itulah pemborosan yang dilakukan
ketika itu mungkin bisa bermilyar-milyar rupiah dihabiskan ketika itu oleh
seluruh penduduk Indonesia, hanya demi merayakan hari Valentine. Tidakkah
mereka memperhatikan firman Allah subhanahu wa ta’ala:
وَلا تُبَذِّرْ
تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al-Isra’ [17] : 26-27)
Maksudnya
adalah mereka menyerupai setan dalam hal ini. Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas
mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan yang
keliru.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim)
Penutup
Itulah
sebagian kerusakan yang ada di hari valentine, mulai dari paganisme,
kesyirikan, ritual Nashrani, perzinaan dan pemborosan. Sebenarnya, cinta dan
kasih sayang yang diagung-agungkan di hari tersebut adalah sesuatu yang semu
yang akan merusak akhlak dan norma-norma agama. Perlu diketahui pula bahwa
Valentine’s Day bukan hanya diingkari oleh pemuka Islam melainkan juga oleh
agama lainnya. Sebagaimana berita yang kami peroleh dari internet bahwa hari
Valentine juga diingkari di India yang mayoritas penduduknya beragama Hindu.
Alasannya, karena hari valentine dapat merusak tatanan nilai dan norma
kehidupan bermasyarakat. Kami katakan: “Hanya orang yang tertutup hatinya dan
mempertuhankan hawa nafsu saja yang enggan menerima kebenaran.”
Oleh
karena itu, kami ingatkan agar kaum muslimin tidak ikut-ikutan merayakan hari
Valentine, tidak boleh mengucapkan selamat hari Valentine, juga tidak boleh
membantu menyemarakkan acara ini dengan jual beli, mengirim kartu, mencetak,
dan mensponsori acara tersebut karena ini termasuk tolong menolong dalam dosa
dan kemaksiatan. Ingatlah, Setiap orang haruslah takut pada kemurkaan Allah subhnahu
wa ta’ala. Semoga tulisan ini dapat tersebar pada kaum muslimin yang
lainnya yang belum mengetahui. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada
kita semua. Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.
سُبْحَانَكَ
اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ
وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
1 Comment for "Kerusakan di Hari Valentine"
https://youtu.be/i9FBwLPCy0k
Melawan sistem yang zalim