“Dan janganlah
kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfa'at dan tidak (pula) memberi
madharat kepadamu selain Allah, sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu,
sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zhalim.” (QS. Yunus :
106)
Orang-orang biasa menuduh ‘Wahabi’
kepada setiap orang yang melanggar tradisi, kepercayaan dan bid'ah mereka,
sekalipun kepercayaan-kepercayaan mereka itu rusak, bertentangan dengan
Al-Qur'anul Karim dan hadits-hadits shahih. Mereka menentang dakwah kepada
tauhid dan enggan berdo'a (memohon) hanya kepada Allah subhanahu wa ta'ala
semata.
Pengertian Wahhabi
Musuh-musuh tauhid memberi
gelar wahabi kepada setiap muwahhid (yang mengesakan Allah), nisbat kepada
Muhammad bin Abdul Wahab, Jika mereka jujur, mestinya mereka mengatakan
Muhammadi nisbat kepada namanya yaitu Muhammad. Betapapun begitu, ternyata
Allah menghendaki nama Wahabi sebagai nisbat kepada Al-Wahhab (Yang Maha
Pemberi), yaitu salah satu dari nama-nama Allah yang paling baik (Asmaa'ul
Husnaa).
Jika shufi menisbatkan namanya
kepada jama'ah yang memakai shuf (kain wol) maka sesungguhnya Wahabi
menisbatkan diri mereka dengan Al-Wahhab (Yang Maha Pemberi), yaitu Allah yang
memberikan tauhid dan meneguhkannya untuk berdakwah kepada tauhid.
Muhammad bin Abdul Wahhab
Beliau dilahirkan di kota
'Uyainah, Nejed pada tahun 1115 H. Hafal Al-Qur'an sebelum berusia sepuluh
tahun. Belajar kepada ayahandanya tentang fiqih Hambali, belajar hadits dan
tafsir kepada para syaikh dari berbagai negeri, terutama di kota Madinah.
Beliau memahami tauhid dari Al-Kitab dan As-Sunnah. Perasaan beliau tersentak
setelah menyaksikan apa yang terjadi di negerinya Nejed dengan negeri-negeri
lainnya yang beliau kunjungi berupa kesyirikan, khurafat dan bid'ah. Demikian
juga soal menyucikan dan mengkultuskan kubur, suatu hal yang bertentangan
dengan ajaran Islam yang benar.
Ia mendengar banyak wanita di
negerinya bertawassul dengan pohon kurma yang besar. Mereka berkata, “Wahai
pohon kurma yang paling agung dan besar, aku menginginkan suami sebelum setahun
ini.”
Di Hejaz, ia melihat
pengkultusan kuburan para sahabat, keluarga Nabi (ahlul bait), serta kuburan
Rasulullah shalallaahu alaihi wasallam, hal yang sesungguhnya tidak
boleh dilakukan kecuali hanya kepada Allah semata.
Di Madinah, ia mendengar
permohonan tolong (istighaatsah) kepada Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam,
serta berdo'a (memohon) kepada selain Allah, hal yang sungguh bertentangan
dengan Al-Qur'an dan sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.
Al-Qur'an menegaskan:
وَلَا
تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ ۖ
فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ
“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak
memberi manfa'at dan tidak (pula) memberi madharat kepadamu selain Allah, sebab
jika kamu berbuat (yang demikian) itu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk
orang-orang yang zhalim.” (QS. Yunus : 106)
Zhalim dalam ayat ini berarti
syirik. Suatu kali, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam berkata kepada
anak pamannya, Abdullah bin Abbas:
إِذَا
سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ،
“Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan
jika engkau meminta pertolongan mintalah pertolongan kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi,
ia berkata hasan shahih)
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
menyeru kaumnya kepada tauhid dan berdo'a (memohon) kepada Allah semata, sebab
Dialah Yang Mahakuasa dan Yang Maha Menciptakan sedangkan selainNya adalah
lemah dan tak kuasa menolak bahaya dari dirinya dan dari orang lain. Adapun
mahabbah (cinta kepada orang-orang shalih), adalah dengan mengikuti amal
shalihnya, tidak dengan menjadikannya sebagai perantara antara manusia dengan
Allah, dan juga tidak menjadikannya sebagai tempat bermohon selain daripada
Allah.
1. Penentangan
Orang-Orang Batil Terhadapnya
Para ahli bid'ah menentang
keras dakwah tauhid yang dibangun oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Ini
tidak mengherankan, sebab musuh-musuh tauhid telah ada sejak zaman Rasulullah shalallahu
alaihi wasalam. Bahkan mereka merasa heran terhadap dakwah kepada tauhid.
Allah berfirman:
أَجَعَلَ
الْآلِهَةَ إِلَٰهًا وَاحِدًا ۖ إِنَّ هَٰذَا
لَشَيْءٌ عُجَابٌ
“Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang
Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (QS.
Shad : 5)
Musuh-musuh syaikh memulai
perbuatan kejinya dengan memerangi dan menyebarluaskan berita-berita bohong
tentangnya. Bahkan mereka bersekongkol untuk membunuhnya dengan maksud agar
dakwahnya terputus dan tak berkelanjutan. Tetapi Allah subhannahu wa ta'ala
menjaganya dan memberinya penolong, sehingga dakwah tauhid terbesar luas di
Hejaz, dan di negara-negara Islam lainnya.
Meskipun demikian, hingga saat
ini, masih ada pula sebagian manusia yang menyebarluaskan berita-berita bohong.
Misalnya mereka mengatakan, dia (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab) adalah
pembuat madzhab yang kelima, padahal dia adalah seorang penganut madzhab
Hambali. Sebagian mereka mengatakan, orang-orang Wahabi tidak mencintai
Rasulullah shalallaahu alaihi wasallam serta tidak bershalawat atasnya.
Mereka anti bacaan shalawat.
Padahal kenyataannya, Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah telah menulis kitab “Mukhtashar
Siiratur Rasuul Shalallaahu alaihi wasalam. Kitab ini bukti sejarah atas
kecintaan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab kepada Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam. Mereka mengada-adakan berbagai cerita dusta tentang Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab, suatu hal yang karenanya mereka bakal dihisab pada
hari Kiamat.
Seandainya mereka mau
mempelajari kitab-kitab beliau dengan penuh kesadaran, niscaya mereka akan menemukan
Al-Qur'an, hadits dan ucapan sahabat sebagai rujukannya.
Seseorang yang dapat dipercaya
memberitahukan kepada penulis, bahwa ada salah seorang ulama yang
memperingatkan dalam pengajian-pengajiannya dari ajaran wahabi. Suatu hari,
salah seorang dari hadirin memberinya sebuah kitab karangan Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahab. Sebelum diberikan, ia hilangkan terlebih dahulu nama pengarangnya.
Ulama itu membaca kitab tersebut dan amat kagum dengan kandungannya. Setelah
mengetahui siapa penulis buku yang dibaca, mulailah ia memuji Muhammad bin
Abdul Wahab.
2. Dalam
Sebuah Hadits Disebutkan:
اللَّهُمَ
بَارِكْ لَنَا فِيْ شَامِنا، اللَّهُمَ بَارِكْ لَنَا فِيْ يَمَنِنَا، فَقَالَهَا
مِرَارًا، فَلَمَّا كَانَ فِيْ الشَالِثَةِ أَوْ الرَّابِعَةِ، قَالُوْا : يَا
رَسُوْلَ اللَّهِ! وَفِيْ
عِرَاقِنَا؟ قَالَ : إِنَّ بِهَا الزَّلاَزِلَ وَالْفِتَنَ وَبِهَا يَطْلَعُ قَرْنُ
الشَّيْطَانِ
“Ya Allah, berilah keberkahan kepada kami di
negeri Syam, dan di negeri Yaman. Mereka berkata, 'Dan di negeri Nejed.'
Rasulullah berkata, 'Di sana banyak terjadi berbagai kegoncangan dan fitnah,
dan di sana (tempat) munculnya para pengikut setan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Ibnu Hajar Al-'Asqalani dan
ulama lainnya menyebutkan, yang dimaksud Nejed dalam hadits di atas adalah
Nejed Iraq. Hal itu terbukti dengan banyaknya fitnah yang terjadi di sana. Kota
yang juga di situ Al-Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma dibunuh.
Hal ini berbeda dengan anggapan
sebagian orang, bahwa yang dimaksud dengan Nejed adalah Hejaz, kota yang tidak
pernah tampak di dalamnya fitnah sebagaimana yang terjadi di Iraq. Bahkan
seba-liknya, yang tampak di Nejed Hejaz adalah tauhid, yang karenanya Allah
menciptakan alam, dan karenanya pula Allah mengutus para rasul.
3. Sebagian
Ulama Yang Adil Sesungguhnya Menyebutkan Bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
Adalah Salah Seorang Mujaddid (Pembaharu) Abad 12H.
Mereka menulis buku-buku
tentang beliau. Di antara para pengarang yang menulis buku tentang Syaikh
adalah Syaikh Ali Thanthawi. Beliau menulis buku tentang "Silsilah
Tokoh-tokoh Sejarah", di antara mereka terdapat Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahab dan Ahmad bin 'Irfan.
Dalam buku tersebut beliau
menyebutkan, akidah tauhid sampai ke negeri India dan negeri-negeri lainnya
melalui jama'ah haji dari kaum muslimin yang terpengaruh dakwah tauhid di kota
Makkah. Karena itu, pemerintah Inggris yang menjajah India ketika itu,
bersama-sama dengan musuh-musuh Islam memerangi akidah tauhid tersebut.
Hal itu dilakukan karena mereka
mengetahui bahwa akidah tauhid akan menyatukan umat Islam dalam melawan mereka.
Selanjutnya penjajah Inggris memerintahkan kepada kaum Murtaziqah (yaitu
orang-orang bayaran) agar mencemarkan nama baik dakwah kepada tauhid. Maka
mereka pun menuduh setiap muwahhid yang menyeru kepada tauhid dengan kata
Wahabi. Kata itu mereka maksudkan sebagai padanan dari tukang bid'ah, sehingga
memalingkan umat Islam dari akidah tauhid yang menyeru agar umat manusia
berdo'a hanya semata-mata kepada Allah. Orang-orang bodoh itu tidak mengetahui
bahwa kata wahabi adalah nisbat kepada Al-Wahhaab (yang Maha Pemberi), yaitu
salah satu dari Nama-nama Allah yang paling baik (Asma'ul Husna) yang
memberikan kepadanya tauhid dan menjanjikannya masuk Surga.
0 Comment for "Siapa Itu Wahabi?"