Makna Syahadat

“Syahadat لا إله إلا الله adalah beri’tikad dan berikrar bahwasanya tidak ada yang berhak diibadahi dan menerima ibadah kecuali Allah, menta’ati hal tersebut dan mengamalkannya.” (Aqidah at-Tauhid, hal. 45)


Melanjutkan pembahasan kitab Matan Safinah an-Najah karya asy-Syaikh Salim bin Sumair al-Hadhrami rahimahullah. Pada kesempatan kali ini, penulis akan menjelaskan mengenai rukun Islam yang pertama yaitu dua kalimat syahadat, dimana dua kalimat syahadat ini merupakan pondasi paling dasar dalam bangunan Islam dalam diri seorang muslim. asy-Syaikh Salim bin Sumair al-Hadhrami rahimahullah berkata:

(فصل) أركان الإسلام خمسة :
شهادة أن لا إله إلاالله وأن محمد رسول الله ، وإقام الصلاة ، وإيتاء الزكاة ، و صوم رمضان ، وحج البيت من استطاع إليه سبيلا .

“(Pasal) Rukun Islam itu ada lima: Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan haji ke Baitullah bagi yang mampu menempuh perjalananya.”[1]

(شهادة أن لا إله إلاالله)

asy-Sayyid Ahmad bin Umar asy-Syathiri rahimahullah berkata:

الشهادة هي التيقن والإعتقاد ، والإله هو في الأصل المعبود ولو بغير حق ، والمراد هنا المعبود بحق .

“Syahadat adalah meyakini dan mempercayai, makna al-Ilah menurut kata dasarnya adalah sesuatu yang diibadahi walaupun secara tidak benar, tetapi yang dimaksud dalam hal ini adalah yang diibadahi dengan benar.”[2]

asy-Syaikh Nawawi al-Bantani rahimahullah berkata:

شهادة أي تيقن ، أن لا إله أي لا معبود بحق موجود إلا الله وهو متصف بكل كمال لا نهاية له ولا يعلمه إلا هو ومنزه عن كل نقص ومنفرد بالملك والتدبير، واحد في ذاته وصفاته وأفعاله .

“Syahadat yakni meyakini bahwasanya tidak ada Tuhan yakni tidaklah Dzat yang diibadahi dengan benar secara nyata kecuali Allah. Dan Allah adalah Dzat yang bersifatkan dengan segala kesempurnaan yang tidak ada batas akhir bagi-Nya, dan tidak ada yang mengetahui hal itu, kecuali hanya Dia. Dan Dzat yang tersucikan dari segala kekurangan, dan Dzat yang bersendirian dalam penguasaan dan pengaturan. Dzat yang Maha Esa di dalam Dzat-Nya, sifat-sifat-Nya dan berbagai perbuatan-Nya.”[3]

            asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata:

شهادة أن لا إله إلا الله الأعتقاد والإقرار ، أنه لا يستحق العبادة إلا الله ، والتزام ذلك والعمل به ، فلا إله  نفى لأستحقاق من سوى الله للعبادة كائنا من كان إلا الله إثبات لأستحقاق الله وحده للعبادة .

“Syahadat لا إله إلا الله adalah beri’tikad dan berikrar bahwasanya tidak ada yang berhak diibadahi dan menerima ibadah kecuali Allah, menta’ati hal tersebut dan mengamalkannya. Maka makna tiada sembahan maksudnya adalah meniadakan hak penyembahan dari selain Allah, siapa pun orangnya. Kecuali Allah adalah penetapan hak Allah semata untuk diibadahi.”[4]

Secara etimologi, syahadat (شهادة) berasal dari kata syahida-yasyhadu-syahadatan (شهد – يشهد – شهادة) yang memiliki makna menyaksikan. Sedangkan secara syari’at, syahadat bermakna pernyataan diri dengan segenap jiwa dan raga atas persaksian bahwa tiada Tuhan yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Syahadat sendiri merupakan kunci bagi seseorang untuk memeluk islam. Dengan kalimat syahadat maka seseorang telah resmi menjadi muslim dan berlaku bagi dirinya hukum islam termasuk di dalamnya beban taklifi jika orang tersebut sudah memasuki usia baligh seperti kewajiban shalat, zakat, puasa Ramadhan dan haji, serta dengan syahadat ini maka seseorang dilindungi atas darah, kehormatan serta harta bendanya, juga dalam hal lain seperti mawaris, sahnya pernikahan dan lain sebagainya. Kalimat syahadat ini sendiri terdiri dari dua bagian, yaitu syahadat tauhid dan syahadat risalah dimana keduanya memiliki rukun, syarat serta konsekuensi masing-masing.

Demikian penjelasan ringkas mengenai makna syahadat. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memudahkan kita dalam memahaminya. In syaa Allah penjelasan mengenai syahadat Tauhid dan syahadat Risalah akan dibahas pada artikel selanjutnya. Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ


[1] Matan Safinah an-Najah, hal. 15-16
[2] Nail ar-Raja', hal. 11
[3] Kasyifah as-Saja, hal. 36
[4] Aqidah at-Tauhid, hal. 45


Referensi

  • as-Sayyid Ahmad bin ‘Umar asy-Syathiri. Nail ar-Raja’ bi Syahr Safinah an-Naja’. 1392 H. Mathba’ah al-Madani Kairo.
  • asy-Syaikh Salim bin Sumair al-Hadhrami. Matan Safinah an-Najah fii Maa Yajibu ‘alaa al-‘Abdi lii Maulah. 1430 H. Dar Ibn Hazm Beirut.
  • asy-Syaikh Shalih bin Shalih al-Fauzan. ‘Aqidah at-Tauhid wa Bayan maa Yudhadduha au Yanqushuha min asy-Syirk al-Akbar wa al-Ashghar wa at-Ta’thil wa al-Bida’ wa Ghairu Dzalik. 1434 H. Maktabah Dar al-Minhaj Riyadh.
  • asy-Syaikh Abu ‘Abdul Mu’thi Muhammad Nawawi al-Bantani al-Jawi. Kasyifah as-Saja Syarh Safinah an-Naja. 1432 H. Dar Ibn Hazm Beirut.

0 Comment for "Makna Syahadat"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top