“Agama,
harta, malu, budi pekerti yang baik dan pemurah. Wahai anakku tersayang, kalau
lima hal tadi berkumpul pada seseorang maka ia adalah orang suci, terpelihara,
dilindungi Allah subhanahu wa ta’ala dan bebas dari Setan.” (Luqman Al-Hakim)
Luqman
Al-Hakim adalah seorang hamba Allah yang shalih, nama lengkap beliau adalah
Unaqa bin Sadun, ia berasal dari Habasyah, berkulit hitam, berbibir tebal,
beliau adalah seorang tukang kayu. Namun karena takdir Allah subhanahu wa
ta’ala, beliau diangkat menjadi hakim bagi Bani Israil di zaman raja Daud
‘alaihis salam, karena keteguhannya memegang amanah dan meninggalkan segala
sesuatu yang tidak ada gunanya. Allah subhanahu wa ta’ala mengabadikan
keberadaannya dalam Al-Quran dengan surat Luqman. Luqman merupakan sosok
seorang ayah yang sangat perhatian pada pendidikann anaknya agar memperoleh
keberhasilan di dunia dan akhirat dan selamat dari siksa Allah subhanahu wa
ta’ala. Terdapat dua pendapat yang menyatakan kedudukan Luqman, pendapat
pertama menyatakan bahwa dia adalah seorang nabi dan pendapat kedua dia adalah
seorang wali atau hamba Allah subhanahu wa ta’ala yang sholih. Namun
para salafus shalih lebih banyak memilih yang kedua. (Tafsir Ibnu Katsir, Jilid
3 hal. 585)
Suatu
hari Luqman Al-Hakim bersama anaknya sedang berjalan di pasar sambil
mengendarai keledai tunggangannya. Pertama-tama, mereka Luqman Al-Hakim
menunggangi keledai tersebut, sedangkan anaknya menuntun keledai itu.
Orang-orang pun melihat hal tersebut kemudian mencela mereka: “Orangtua kejam,
dia enak-enakan di atas keledai sementara anaknya harus berjalan sambil
menuntun keledai itu.” Mendengar itu akhirnya Luqman Al-Hakim menyuruh anaknya
untuk ikut menunggangi keledai tersebut. Tak lama kemudian orang-orang pun
melihat mereka kembali kemudian mencela mereka, mereka berkata: “Lihat orangtua
itu dan anaknya, mereka berdua tak tahu diri, mereka menungganggi keledai
sedangkan keledai mereka berbadan kurus seperti itu.” Mendengar hal itu maka
Luqman Al-Hakim kemudian turun dan menyuruh anaknya saja yang menunggangi
keledai tersebut. Mereka pun kembali melanjutkan perjalanan hingga orang-orang
pun melihat mereka dan lagi-lagi mereka mencela, mereka berkata: “Dasar anak
kurang ajar, orangtua dijadikan buruh untuk menuntun keledai tunggangannya.” Mendengar
hal itu Luqman Al-Hakim pun menyuruh anaknya turun dan akhirnya kemudian mereka
berdua berjalan sambil menuntun keledai tunggangannya itu. Tak lama kemudian
orang-orang melihat hal itu dan tertawa sambil mencela, mereka berkata: “Dasar
orang bodoh, punya keledai tapi dituntun, bukannya ditunggangi.”
Sejak
dari awal sampai orang terakhir yang melihatnya semua mencela perbuatan mereka.
Luqman Al-Hakim kemudian mengajarkan pada anaknya, apapun perbuatan baik yang
engkau lakukan akan mendapatkan ujian. Dan sebaik apapun perbuatanmu akan
dicemooh oleh orang.
Putra
Luqman Al-Hakim bertanya kepadanya: “Apakah yang baik dari seorang manusia?”
Luqman Al-Hakim menjawab: “Agama.” Kemudian anaknya bertanya lagi: “Jika ada
dua macam?” Beliau menjawab: “Agama dan harta.” Kemudian anaknya bertanya lagi:
“Jika ada tiga macam?” Belia kembali menjawab: “Agama, harta dan malu.” Anaknya
pun tak berhenti bertanya sampai disitu, dia bertanya lagi: “Jika ada empat
macam?” Luqman Al-Hakim menjawab: “Agama, harta, malu dan budi pekerti yang
baik.” Ia bertanya lagi: “Jika ada lima macam?” beliau menjawab: “Agama, harta,
malu, budi pekerti yang baik dan pemurah.” Anaknya kembali bertanya: “Jika ada
enam macam?” Luqman Al-Hakim kemudian menjawab dengan sabar: “Wahai anakku tersayang,
kalau lima hal tadi berkumpul pada seseorang maka ia adalah orang suci,
terpelihara, dilindungi Allah subhanahu wa ta’ala dan bebas dari Setan.”
0 Comment for "Kisah Luqman Al-Hakim dan Keledai Tunggangan"