“Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar.” (QS. Luqman [31] : 13)
Luqman Al-Hakim mendapatkan hikmah
yang luar biasa dari Allah subhanahu wa ta’ala, sehingga mengetahui
akhir dari setiap persoalan semua kebaikannya, akhir dari penyesalan semua
keburukannya. Oleh karena itu Allah subhanahu wa ta’ala mengisyaratkan
kepadanya untuk selalu bersyukur atas apa yang telah dikaruniakan Allah subhanahu
wa ta’ala kepadanya, karena sebenarnya dengan bersyukur berarti ia
mensyukuri dirinya sendiri:
وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ
أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ
فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيد
“Dan
sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah
kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya
ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Luqman [31] : 12)
Dengan nikmat yang diberikan Allah subhanahu
wa ta’ala kepadanya, Luqman memberi wasiat kepada anaknya, Tsaran,
sebagaimana telah diceritakan dalam Al-Qur’an. Luqman Al-Hakim berkata kepada
anaknya:
يَا بُنَيَّ لا
تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Hai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman [31] : 13)
Luqman Al-Hakim pun berwasiat untuk
berbuat baik kepada kedua orangtua, ibu telah mengandung dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah, dan menyapih dalam dua tahun. Luqman Al-Hakim pun
mengingatkan bahwa manusia itu hendaklah selalu bersyukur kepada Allah subhanahu
wa ta’ala dan kepada dua orang ibu bapaknya dan juga mengingatkan bahwa
kelak manusia akan kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Akan tetapi
jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala, kemudian hanya kepada Allah subhanahu
wa ta’ala kita akan kembali dan kelak akan ditampakan oleh Allah subhanahu
wa ta’ala segala yang telah kita perbuat.
Kemudian Luqman Al-Hakim berwasiat
kembali dan mengingatkan bahwa segala perbuatan kita sekecil apapun akan ada perhitungannya
dan akan ada balasannya baik pahala maupun dosa, beliau berkata:
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ
حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الأرْضِ
يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
“Hai
anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada
dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Luqman [31] : 16)
Luqman Al-Hakim pun mengingatkan
untuk senantiasa melaksanakan shalat serta beramar ma’ruf nahi munkar serta
bersabar dalam semua itu, beliau berkata:
يَا بُنَيَّ أَقِمِ
الصَّلاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ
إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ
“Hai
anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah).” (QS. Luqman [31] : 17)
Tidak lupa Luqman Al-Hakim pun
berwasiat agar anaknya senantiasa berlaku baik, rendah hati, tidak sombong dan
hidup sederhana serta menjaga suara atau lisan. Beliau berkata:
وَلا تُصَعِّرْ
خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ
مُخْتَالٍ فَخُورٍ وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ
الأصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ
“Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam
berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara
keledai.” (QS. Luqman [31] : 18-19)
Sungguh indah wasiat yang diberikan
Luqman Al-Hakim kepada anaknya, menuntun kita pada suri tauladan orangtua yang
sangat perhatian terhadap perkembangan anaknya. Dan sudah seharusnya orangtua
berbuat demikian, karena di akhirat kelak Allah subhanahu wa ta’ala akan
meminta pertanggungjawaban orangtua atas anak-anak mereka.
0 Comment for "Wasiat Luqman Al-Hakim kepada Anaknya"