Nabi Uzair ‘Alaihis Salam, Keledai dan Kebangkitan dari Kematian

“Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali.” (QS. Al-Baqarah [2] : 259)

Nabi Uzair ‘alaihis salam adalah seorang nabi yang diutus kepada Bani Israil, beliau lahir di Babilonia dan hidup sekitar tahun 480 SM hingga 440 SM. Nasab beliau adalah Uzair bin Seraya bin Azarya bin Hilkia bin Zaduk bin Ahitub bin Amarya bin Azarya bin Merayot bin Zerahya bin Uzi bin Buki bin Abisua bin Pinehas bin Eleazar bin Harun. (Kitab Ezra [7] : 1-5)

Nabi Uzair ‘alaihis salam hidup di Babilonia pada saat negeri itu dipegang oleh raja yang sangat kejam bernama Nebukadnezar. Kala itu pula, kondisi Bani Israil telah kembali berpaling dari syari’at Allah subhanahu wa ta’ala meskipun banyak Nabi yang berdatangan setelah wafatnya Nabi Musa ‘alaihis salam. Mereka menyembah berhala, mencintai emas dan perak, serta menyimpangkan Taurat. Mereka takut akan kematian dan sangat mencintai dunia.

Nebukadnezar menyerang Bani Israil yang lemah karena berpaling dari Allah subhanahu wa ta’ala. Ia menduduki kota dan membunuh orang-orang Bani Israil, menghancurkan negeri dan kuil-kuil serta membakar kitab-kitab suci seperti Taurat. Saat ia kembali ke Babilonia, ia menjadikan Bani Israil sebagai tawanan perang.

Hingga pada suatu ketika terjadi peperangan antara Babilonia dan Persia. Peperangan itu dimenangkan oleh Persia yang rajanya bernama Koresh. Koresh berhasil menaklukkan Nebukadnezar dan ia pun menduduki serta mulai memasuki Babilonia. Ia juga berteman dengan Nabi Uzair ‘alaihis salam karena perilakunya yang baik dan ia pun mencintainya. Beberapa ulama dan ahli sejarah modern mengaitkan Koresh dengan Raja Dzulqarnain dan menolak pendapat bahwa Raja Dzulqarnain adalah Iskandar dari Makedonia karena dia adalah orang musyrik, sedangkan Koresh adalah seorang ahli Tauhid, selain itu masih banyak fakta lain yang mendukung pendapat ini.

Kembali ke kisah Nabi Uzair ‘alaihis salam. Pada suatu hari, Nabi Uzair ‘alaihis salam mendatangi Koresh dan memintanya agar membiarkan Bani Israil kembali ke Babilonia. Ia juga meminta Koresh mengizinkan Bani Israil kembali menulis kitab Taurat. Bani Israil pun kembali ke Babilonia dan mereka sangat mencintai Nabi Uzair ‘alaihis salam. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk bisa menuliskan ulang kita Taurat.

Suatu hari, Nabi Uzair ‘alaihis salam pergi ke kebunnya dengan menunggangi keledai. Hari itu sangatlah panas dan jarak yang ditempuhnya pun sangat jauh. Dalam perjalanannya, ia melewati puing-puing sebuah kota dan pemakaman kuno. Saat ia lelah dan lapar, maka ia pun duduk di sebuah pohon di suatu kuburan sembari mengeluarkan remah-remah roti dan seikat anggur. Ia kemudian meremas anggur dan dituangkan ke mangkok untuk melembutkan remah-remah roti tersebut.

Saat itu, ia juga memperhatikan seksama kondisi sekelilingnya. Melihat puing-puing kota dan tulang-tulang hancur. Ia bertanya dalam hatinya mengenai bagaimana mereka yang telah mati akan kembali hidup dan bagaimana Allah subhanahu wa ta’ala memberikan kehidupan bagi yang sudah mati. Beliau berkata dalam hatinya:

أَنَّى يُحْىِ هَذِهِ اللهُ بَعْدَ مَوْتِهَا

“Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” (QS. Al-Baqarah [2] : 259)

 Lalu, Nabi Uzair ‘alaihis salam tertidur sebelum memakan makanannya. Kejadian menakjubkan terjadi, Nabi Uzair ‘alaihis salam tidak terbangun, ia telah meninggal. Allah subhanahu wa ta’ala mengutus Malaikat maut padanya lalu rohnya dicabut sementara keledai yang dibawanya masih ada di tempatnya ketika melihat tuannya sudah tidak lagi berdaya. Keledai itu tetap di tempatnya sehingga matahari tenggelam lalu datanglah waktu Subuh. Keledai itu berusaha berpindah dari tempatnya tetapi ia terikat. Ia pun masih ada di tempatnya dan tidak bisa melepaskan ikatannya sehingga ia mati kelaparan.

Karena Nabi Uzair ‘alaihis salam tidak kunjung pulang, maka gegerlah kaum Bani Israil. Kemudian kaum Bani Israil merasa gelisah dan mereka ramai-ramai mencari Nabi Uzair ‘alaihis salam di kebunnya, tetapi di sana mereka tidak menemukannya. Mereka kembali ke desa dan tidak menemukannya. Lalu mereka menetapkan beberapa kelompok untuk mencarinya. Akhirnya, kelompok-kelompok ini mencari ke segala penjuru tetapi mereka tidak menemukan Nabi Uzair ‘alaihis salam dan tidak menemukan keledainya. Kelompok-kelompok ini melewati kuburan yang di situ Nabi Uzair ‘alaihis salam meninggal, namun mereka tidak berhenti di situ. Tampak bahwa di tempat itu hanya diliputi keheningan. Seandainya Nabi Uzair ‘alaihis salam ada di sana niscaya mereka akan mendengar suaranya. Kemudian kuburan yang hancur ini sangat menakutkan bagi mereka, karena itu mereka tidak mencari di dalamnya.

Lalu berlalulah hari demi hari, dan orang-orang putus asa dari mencari Nabi Uzair ‘alaihis salam, dan anak-anaknya merasa bahwa mereka tidak akan melihat Nabi Uzair ‘alaihis salam kedua kalinya dan istrinya mengetahui bahwa Nabi Uzair ‘alaihis salam tidak mampu lagi memelihara anaknya dan menuangkan rasa cintanya kepada mereka sehingga istrinya itu menangis lama sekali. Sesuai dengan perjalanan waktu, maka air mata pun menjadi kering dan penderitaan makin berkurang. Akhirnya, manusia mulai melupakan Nabi Uzair ‘alaihis salam dan mereka tetap menjalankan tugas mereka masing-masing. Dan berjalanlah tahun demi tahun dan kaum Bani Israil mulai melupakan Nabi Uzair ‘alaihis salam kecuali anaknya yang paling kecil dan seorang wanita yang bekerja di rumah mereka di mana Nabi Uzair ‘alaihis salam sangat cinta kepadanya. Usia wanita itu dua puluh tahun ketika Nabi Uzair ‘alaihis salam keluar dari desa.

Berlalulah sepuluh tahun, dua puluh tahun, delapan puluh tahun, sembilan puluh tahun sehingga sampai satu abad penuh. Allah subhanahu wa ta’ala berkehendak untuk membangkitkan Nabi Uzair ‘alaihis salam kembali. Allah subhanahu wa ta’ala mengutus seorang malaikat yang meletakkan cahaya pada hati Nabi Uzair ‘alaihis salam sehingga ia melihat bagaimana Allah subhanahu wa ta’ala menghidupkan orang-orang mati. Nabi Uzair ‘alaihis salam telah mati selama seratus tahun. Meskipun demikian, ia dapat berubah dari tanah menjadi tulang, menjadi daging, dan kemudian menjadi kulit. Allah subhanahu wa ta’ala membangkitkan di dalamnya kehidupan dengan perintah-Nya sehingga ia mampu bangkit dan duduk di tempatnya dan memperhatikan dengan kedua matanya apa yang terjadi di sekelilingnya.

Nabi Uzair ‘alaihis salam bangun dari kematian yang dijalaninya selama seratus tahun. Matanya mulai memandang apa yang ada di sekelilingnya lalu ia melihat kuburan di sekitarnya. Ia mengingat-ingat bahwa ia telah tertidur. Ia kembali dari kebunnya ke desa lalu tertidur di kuburan itu. Inilah peristiwa yang dialaminya. Matahari bersiap-siap untuk tenggelam sementara ia masih tertidur di waktu Dzuhur. Nabi Uzair ‘alaihis salam berkata dalam dirinya: “Aku tertidur cukup lama, barangkali sejak Dzuhur sampai Maghrib.” Malaikat yang diutus oleh Allah subhanahu wa ta’ala membangunkannya dan bertanya:

كَمْ لَبِثْتَ

“Berapa lama kamu tinggal di sini?” (QS. Al-Baqarah [2] : 259)

Nabi Uzair ‘alaihis salam menjawab:

لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ

“Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.” (QS. Al-Baqarah [2] : 259)

Malaikat vang mulia itu berkata kepadanya:

بَلْ لَّبِثْتَ مَاْئَةَ عَامٍ

“Sebenarnya kamu tinggal di sini selama seratus tahun lamanya.” (QS. Al-Baqarah [2] : 259)

Malaikat itu pun berkata kembali kepada Nabi Uzair ‘alaihis salam, “Engkau tidur selama seratus tahun. Allah subhanahu wa ta’ala mematikanmu lalu menghidupkanmu agar engkau mengetahui jawaban dari pertanyaannmu ketika engkau merasa heran dari kebangkitan yang dialami oleh orang-orang yang mati.” Nabi Uzair ‘alaihis salam merasakan keheranan yang luar biasa sehingga tumbuhlah keimanan pada dirinya terhadap kekuasaan Al-Khaliq (Sang Pencipta). Malaikat berkata sambil menunjuk makanan Nabi Uzair ‘alaihis salam:

فَانْظُرْ إِلَى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ

“Lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum berubah.” (QS. Al-Baqarah [2] : 259)

Nabi Uzair ‘alaihis salam melihat buah tin itu lalu ia mendapatinya seperti semula di mana warnanya tidak berubah dan rasanya pun tidak berubah. Telah berlalu seratus tahun tetapi bagaimana mungkin makanan itu tidak berubah? Lalu Nabi Uzair ‘alaihis salam melihat piring yang di situ ia memeras buah anggur dan meletakkan di dalamnya roti yang kering, dan ia mendapatinya seperti semula di mana minuman anggur itu masih layak untuk diminum dan roti pun masih tampak seperti semula, di mana kerasnya dan keringnya roti itu dapat dihilangkan ketika dicampur dengan perasan anggur. Nabi Uzair ‘alaihis salam merasakan keheranan yang luar biasa, bagaimana mungkin seratus tahun terjadi sementara perasan anggur itu tetap seperti semula dan tidak berubah. Malaikat merasa bahwa seakan-akan Nabi Uzair ‘alaihis salam masih belum percaya atas apa yang dikatakannya. Karena itu, malaikat menunjuk keledainya sambil berkata:

وَانْظُرُ إِلَى حِمَارِكَ

“Dan lihatlah kepada keledaimu itu (yang telah menjadi tulang-belulang).” (QS. Al-Baqarah [2] : 259)

Nabi Uzair ‘alaihis salam pun melihat ke keledainya tetapi ia tidak mendapati kecuali ia tanah dari tulang-tulang keledainya. Malaikat berkata kepadanya: “Apakah engkau ingin melihat bagaimana Allah subhanahu wa ta’ala membangkitkan orang-orang yang mati? Lihatlah ke tanah yang di situ terletak keledaimu.” Kemudian malaikat memanggil tulang-tulang keledai itu lalu atom-atom tanah itu memenuhi panggilan malaikat sehingga ia mulai berkumpul dan bergerak dari setiap arah lalu terbentuklah tulang-tulang. Malaikat memerintakan otot-otot syaraf daging untuk bersatu sehingga daging melekat pada tulang-tulang keledai. Sementara itu, Nabi Uzair ‘alaihis salam memperhatikan semua proses itu. Akhirnya, terbentuklah tulang dan tumbuh di atasnya kulit dan rambut.

Alhasil, keledai itu kembali seperti semula setelah menjalani kematian. Malaikat memerintahkan agar roh keledai itu kembali kepadanya dan keledai pun bangkit dan berdiri. Ia mulai mengangkat ekornya dan bersuara. Nabi Uzair ‘alaihis salam menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah subhanahu wa ta’ala tersebut terjadi di depannya. Ia melihat bagaimana mukjizat Allah subhanahu wa ta’ala yang berupa kebangkitan orang-orang yang mati setelah mereka menjadi tulang belulang dan tanah. Setelah melihat mukjizat yang terjadi di depannya, Nabi Uzair ‘alaihis salam berkata:

أَعْلَمُ أَنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرُ

“Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.“ (QS. Al-Baqarah [2] : 259)

Nabi Uzair ‘alaihis salam bangkit dan menunggangi keledainya menuju desanya. Allah subhanahu wa ta’ala berkehendak untuk menjadikan Nabi Uzair ‘alaihis salam sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya kepada Bani Israil dan mukjizat yang hidup yang menjadi saksi atas kebenaran kebangkitan dan hari kiamat. Nabi Uzair ‘alaihis salam memasuki desanya pada waktu Maghrib. Ia tidak percaya melihat perubahan yang terjadi di desanya di mana rumah-rumah dan jalan-jalan sudah berubah, begitu juga manusia dan anak-anak yang ditemuinya. Tak seorang pun di situ yang mengenalinya. sebaliknya, ia pun tidak mengenali mereka. Nabi Uzair ‘alaihis salam meninggalkan desanya saat beliau berusia empat puluh tahun dan kembali kepadanya dan usianya masih empat puluh tahun. Tetapi desanya sudah menjalani waktu seratus tahun sehingga rumah-rumah telah hancur dan jalan-jalan pun telah berubah dan wajah-wajah baru menghiasi tempat itu.

Nabi Uzair ‘alaihis salam berkata dalam dirinya: “Aku akan mencari seorang lelaki tua atau perempuan tua yang masih mengingat aku.” Nabi Uzair ‘alaihis salam terus mencari sehingga ia menemukan pembantunya yang ditinggalnya saat berusia dua puluh tahun. Kini, usia pembantu itu mencapai seratus dua puluh tahun di mana kekuatannya sudah sangat merosot dan giginya sudah ompong dan matanya sudah lemah. Nabi Uzair ‘alaihis salam bertanya kepadanya: “Wahai perempuan yang baik, di mana rumah Uzair.” Wanita itu menangis dan berkata: “Tak seorang pun vang mengingatnya. Ia telah keluar sejak seratus tahun dan tidak kembali lagi. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala merahmatinya.” Nabi Uzair ‘alaihis salam berkata kepada wanita itu: “Sungguh aku adalah Uzair. Tidakkah engkau mengenal aku? Allah subhanahu wa ta’ala telah mematikan aku selama seratus tahun dan telah membangkitkan aku dari kematian.” wanita itu keheranan dan tidak mempercayai omongan itu. Wanita itu berkata: “Uzair adalah seseorang yang doanya dikabulkan. Kalau kamu memang Uzair, maka berdoalah kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar aku dapat melihat sehingga aku dapat berjalan dan mengenalmu.” Lalu Nabi Uzair ‘alaihis salam berdoa untuk wanita itu sehingga Allah subhanahu wa ta’ala mengembalikan penglihatan matanya dan kekuatannya. Wanita itu pun mengenali Nabi Uzair ‘alaihis salam. Lalu ia segera berlari di negeri itu dan berteriak: “Sungguh Uzair telah kembali.” Mendengar teriakan wanita itu, masyarakat bingung dan merasa heran. Mereka mengira bahwa wanita itu telah gila.

Kemudian diadakan pertemuan yang dihadiri orang-orang pandai dan para ulama. Dalam majelis itu juga dihadiri oleh cucu Nabi Uzair ‘alaihis salam di mana ayahnya telah meninggal dan si cucu itu telah berusia tujuh puluh tahun sedangkan kakeknya, Nabi Uzair ‘alaihis salam, masih berusia empat puluh tahun. Di majelis itu mereka rnendengarkan kisah Nabi Uzair ‘alaihis salam lalu mereka tidak mengetahui apakah mereka akan mempercayainya atau mengingkarinya. Salah seorang yang pandai bertanya kepada Nabi Uzair ‘alaihis salam: “Kami mendengar dari ayah-ayah kami dan kakek-kakek kami bahwa Uzair adalah seorang Nabi dan ia mampu menghafal Taurat. Sungguh Taurat telah hilang dari kita dalam peperangan Nebukadnezar di mana mereka membakarnya dan membunuh para ulama dan para pembaca Kitab suci itu. Ini terjadi seratus tahun lalu yang engkau katakan bahwa engkau menjalani kematian atau engkau tidur. Seandainya engkau menghafal Taurat, niscaya kami akan percaya bahwa engkau adalah Uzair.”

Nabi Uzair ‘alaihis salam mengetahui bahwa tak seorang pun dari Bani Israil yang mampu menghafal Taurat. Nabi Uzair ‘alaihis salam telah menyembunyikan Taurat itu dari usaha musuh untuk menghancurkannya. Nabi Uzair ‘alaihis salam duduk di bawah naungan pohon sedangkan Bani Israil berada di sekitarnya. Lalu Nabi Uzair ‘alaihis salam menghapusnya huruf demi huruf sampai selesai lalu ia berkata dalam dirinya: “Aku sekarang akan mengeluarkan Taurat yang telah aku simpan.” Nabi Uzair ‘alaihis salam pun pergi ke suatu tempat lalu ia mengeluarkan Taurat di mana kertas yang terisi Taurat itu telah rusak. Ia mengetahui mengapa Allah subhanahu wa ta’ala mematikannya selama seratus tahun dan membangkitkannya kembali. Kemudian tersebarlah berita tentang mukjizat Nabi Uzair ‘alaihis salam di tengah-tengah Bani Israil. Mukjizat tersebut membawa fitnah yang besar bagi kaumnya. Sebagian kaumnya mengklaim bahwa Nabi Uzair ‘alaihis salam adalah anak Allah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ

“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair adalah anak Allah.” (QS. At-Taubah [9] : 30)

Mula-mula mereka membandingkan antara Nabi Musa ‘alaihis salam dan Nabi Uzair ‘alaihis salam dan mereka berkata: “Musa tidak mampu mendatangkan Taurat kepada kita kecuali di dalam kitab sedangkan Uzair mampu mendatangkannya tanpa melalui kitab.” Setelah perbandingan yang salah ini, mereka menyimpulkan sesuatu yang keliru di mana mereka menisbatkan kepada nabi mereka hal yang sangat tidak benar. Mereka mengklaim bahwa dia adalah anak Allah. Maha Suci Allah dari semua itu:

مَا كَانَ لِلَّهِ أَنْ يَتَّخِذَ مِنْ وَلَدٍ سُبْحَانَهُ

“Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia.” (QS. Maryam [19] : 35)

Nabi Uzair ‘alaihis salam meninggal dunia dan tetapi ada saja kaum Bani Israil tetap menyebutnya sebagai anak Allah. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala mengutus Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengajarkan kebenaran bahwa Nabi Uzair ‘alaihis salam pernah meninggal seratus tahun kemudian Allah subhanahu wa ta’ala menghidupkannya kembali. Nabi Uzair ‘alaihis salam meninggal dan dimakamkan di Al-‘Uzair di tepi sungai Tigris dekat Bashra, Irak, dan merupakan tempat ziarah untuk orang Arab di sekitarnya.

2 Comment for "Nabi Uzair ‘Alaihis Salam, Keledai dan Kebangkitan dari Kematian"

Alhamdulillah. Tercerahkan. Sukron katsier. #KhilafahAjaranIslam

Alhamdulillah.. Semoga bermanfaat...

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top