Nabi Syam'un ‘Alaihis Salam, 1000 Bulan Berjuang di Jalan Allah

“Diperlihatkan kepadaku hari akhir ketika dimana seluruh manusia dikumpulkan di mahsyar. Semua Nabi dan Rasul berkumpul bersama umatnya masing-masing, masuk ke dalam surga. Ada salah seorang nabi yang dengan membawa pedang, yang tidak mempunyai pengikut satu pun, masuk ke dalam surga, dia adalah Syam’un.” (HR. Al-Ghazali dalam Qishashul Anbiya tanpa Sanad)

Diriwayatkan bahwa dahulu hidup seorang Yahudi Bani Israil bernama Syam’un telah berperang di jalan Allah selama seribu bulan. (Tarikh Ath-Thabari, Jilid 1 hal. 381) Nabi Syam’un ‘alaihis salam adalah seseorang yang sangat kuat, beliau berjuang di jalan Allah subhanahu wa ta’ala selama seribu bulan dan ia selalu memenangkan berbagai pertempuran. Beliau biasa menggunakan pakaian dari perunggu besi dalam setiap peperangannya. Nasab beliau adalah Syam’un bin Manu’ah.

Kemenangan yang diperoleh Nabi Syam’un ‘alaihis salam secara terus menerus itu mengakibatkan popularitasnya semakin meningkatkan pengaruhnya di kalangan Bani Israil. Sehingga musuh-musuhnya berupaya untuk menjatuhkan Nabi Syam’un ‘alaihis salam.

Akhirnya, dibuatlah sebuah konspirasi untuk membuat perangkap kepada Nabi Syam’un ‘alaihis salam agar ia dapat ditaklukan dengan mengikat seluruh tubuhnya dengan tali besar dan kuat pada saat ia tidur, sehingga tidak berdayalah ia dan sangat mudah untuk mengalahkannya.

Tibalah mereka pada pelaksanaan rencana itu, mereka berfikir siapa gerangan yang paling tepat untuk melaksanakan tugas yang berbahaya ini. Pikir punya piker, orang yang paling tepat adalah istrinya sendiri yaitu Dalilah. Akhirnya mereka menyuap Dalilah dengan hadiah yang sangat besar dan menyerahkan tali-tali untuk diikatkan ke seluruh tubuhnya pada saat ia tidur.

Dalilah kemudian melaksanakan rencana busuk itu dan mengikat suaminya dengan tali-tali besar itu sehingga bila ia bangun, ia tidak berdaya. Ketika pagi Nabi Syam’un ‘alaihis salam bangun, ditemui dirinya telah terikat dengan tali-tali besar di seluruh tubuhnya. Ia segera menarik dengan satu helaan sehingga tali-tali itu lepas dari tubuhnya. Kekuatan Nabi Syam’un ‘alaihis salam ini mengejutkan Dalilah yang baru saja masuk ke dalam kamarnya untuk melihat suaminya yang terikat.

Bertanyalah Nabi Syam’un ‘alaihis salam kepadanya: “Siapa yang telah mengikat tali-tali besar ke seluruh tubuhku ini?”

Dalilah menjawab: “Saya sendiri tuanku, sebab saya ingin menguji kekuatan tuan seperti yang selalu saya dengar bila tuan sedang berjuang di medan laga.”

Nabi Syam’un ‘alaihis salam menjawab: “Tali-tali ini tidak akan dapat melumpuhkan aku.”

Pada malam berikutnya, bergantilah rencana musuh-musuhnya itu, mereka menyiapkan rantai besi untuk mengikat seluruh tubuh Nabi Syam’un ‘alaihis salam. Mereka yakin hanya dengan rantai besi inilah Nabi Syam’un ‘alaihis salam tidak akan dapat membebaskan diri. Dalilah kemudian menunggu suaminya tidur pulas, sehingga ia dapat mengikat seluruh tubuhnya dengan rantai tersebut.

Pagi harinya, Nabi Syam’un ‘alaihis salam mendapati dirinya telah terikat dengan rantai baja yang melilit seluruh tubuhnya. Sebenarnya, ia kaget mengapa dirinya dirantai sedemikian rupa. Akhirnya ia bertanya pada Dalilah siapa gerangan yang telah mengikat dirinya. Dalilah pun mengakui bahwa dirinyalah yang mengikatnya. Gemetar pula Dalilah karena telah melakukan hal yang sama pada suaminya. Namun kecintaan Nabi Syam’un ‘alaihis salam kepada Dalilah telah membuat kecurigaannya sirna begitu saja.

Lalu Nabi Syam’un ‘alaihis salam berkata: “Wahai Dalilah cintaku, sesungguhnya mereka tidak akan dapat menaklukan aku dengan tali maupun besi ini. Kalau kau ingin tahu rahasia kekuatanku maka sebenarnya kekuatanku terletak pada rambutku yang panjang ini. Aku tidak akan berdaya menghadapinya.” Terkejutlah Dalilah mendengar hal itu. Dan ia tidak menyadari bahwa Nabi Syam’un ‘alaihis salam telah membocorkan sendiri rahasianya karena cintanya yang begitu dalam padanya.

Musuh-musuhnya pun gembira mendengar kabar itu. Malam harinya, Dalilah kemudian memotong rambut Nabi Syam’un ‘alaihis salam dan mengikat tubuhnya dengan rambut itu.

Ketika pagi hari tiba Nabi Syam’un ‘alaihis salam mendapati dirinya telah terikat dengan rambutnya, ia tidak bisa melepaskan diri dari ikatan itu. Sadarlah dirinya, bahwa istrinya Dalilah telah memperdayanya dan menyerahkan kesetiaannya pada musuh-musuhnya. Maka gusarlah Nabi Syam’un ‘alaihis salam sejadi-jadinya, tetapi malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih.

Ia diikat diantara dua tiang besar dan disiksa habis-habisan. Mereka memotong kuping dan hidungnya serta menusuk matanya hingga Nabi Syam’un ‘alaihis salam buta. Kemudian ia dihadapkan kepada penduduk oleh raja untuk dipertontonkan.

Demi melihat dirinya telah dikhianati oleh istrinya sendiri, dan dikhianati oleh negerinya sendiri. Maka ia berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar memberikan kekuatan padanya sekali itu saja, agar ia bisa menyadarkan kebesaran Allah subhanahu wa ta’ala kepada kerajaan yang kufur itu. Setelah selesai berdoa, ditariknyalah kuat-kuat tiang-tiang itu. Dan hancurlah gedung istana itu beserta orang-orang yang ada di dalamnya. Mereka binasa karena kekufurannya.

Pada kitab Qishashul Anbiya karya Imam Al-Ghazali rahimahullah meriwayatkan sebuah hadits dengan tanpa memberikan sanad, dikisahkan, bahwa Rasullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tesenyum sendiri, lalu bertanyalah salah seorang sahabatnya: “Apa yang membuatmu tersenyum wahai Rasulullah?” Rasullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Diperlihatkan kepadaku hari akhir ketika dimana seluruh manusia dikumpulkan di mahsyar. Semua Nabi dan Rasul berkumpul bersama umatnya masing-masing, masuk ke dalam surga. Ada salah seorang nabi yang dengan membawa pedang, yang tidak mempunyai pengikut satu pun, masuk ke dalam surga, dia adalah Syam’un.”

Kisah Nabi Syam’un ‘alaihis salam sangat kuat akan cerita Israiliyyatnya sehingga kita sebagai umat Muslim yang berpegang pada manhaj Ahlussunnah wal Jama’ah besikap tidak menolak dan juga tidak menerima begitu saja. Kisah ini sangat jelas diceritakan dalam Perjanjian Lama Kitab Hakim-hakim pasal 16.

0 Comment for "Nabi Syam'un ‘Alaihis Salam, 1000 Bulan Berjuang di Jalan Allah"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top