Maka Kami benamkan dia (Qarun) bersama
rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan
menolongnya selain Allah. Dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela
diri.” (QS. Al-Qashash [28] : 81)
Qarun termasuk kaum Nabi Musa ‘alaihis
salam. Qarun adalah sepupu Nabi Musa ‘alaihis salam, anak dari
Yashar adik kandung Imran ayah Nabi Musa ‘alaihis salam. Baik Nabi Musa ‘alaihis
salam maupun Qarun masih keturunan Nabi Yaqub ‘alaihis salam, karena
keduanya merupakan cucu dari Quhas putra Lawi, Lawi bersaudara dengan Nabi Yusuf
‘alaihis salam anak dari Nabi Yaqub ‘alaihis salam, hanya berbeda
ibu. Silsilah lengkapnya adalah Qarun bin Yashar bin Quhas bin Lawi bin Yaqub
bin Ishaq bin Ibrahim.
Qarun adalah seorang yang kaya, harta
dan simpanannya banyak, bahkan kunci-kunci simpanan kekayaannya tidak dapat
dibawa kecuali oleh orang-orang yang kuat. Akan tetapi, Qarun mendurhakai Nabi
Musa ‘alaihis salam dan Nabi Harun ‘alaihis salam, ia tidak
menerima nasihat keduanya, dan ia menyangka bahwa harta dan kenikmatan yang
didapatkannya adalah karena ia berhak memilikinya dan bahwa ia memperolehnya
karena ilmunya.
Suatu hari, Qarun keluar ke Madinah
dengan perhiasan yang besar dan perlengkapan yang banyak sambil memakai pakaian
yang bagus. Ketika ia melewati manusia, maka sebagian manusia mendekatinya
untuk memberinya nasihat dengan berkata,
لا تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ
الْفَرِحِينَ وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ
نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا
تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Janganlah
kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu
membanggakan diri. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
(QS. Al-Qashash [28] : 76-77)
Maka Qarun menolak nasihat itu dengan
sombong, ia berkata:
إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ
عِنْدِي
“Sesungguhnya
aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.” (QS. Al-Qashash [28]
: 78)
Ia menyangka bahwa harta yang
diperolehnya ini karena kecerdasan dan kemampuannya.
Suatu ketika Qarun keluar ke hadapan
manusia dengan satu iring-iringan yang lengkap dengan pengawal, hamba sahaya dan
segala kemewahannya untuk memperlihatkan kemegahannya kepada kaumnya. Saat itu,
sebagian manusia ada yang terfitnah (terpukau) dengan kekayaan dan perhiasan
Qarun, mereka ingin sekiranya mereka mempunyai seperti yang dimiliki Qarun.
Mereka berkata: “Mudah-mudahan Allah memberikan kita seperti apa yang telah
diberikan-Nya kepada Qarun.” Maka marahlah Nabi Musa ‘alaihis salam dan
menyuruh mereka bertaqwa kepada Allah. Tetapi orang-orang shalih di antara
mereka tidak tertarik dengan semua kemewahan itu dan mereka berkata, “Pahala
Allah lebih baik bagi orang yang beriman dan beramal shalih.”
Allah subhanahu wa ta’ala
kemudian menguji mereka dengan zakat, maka diwajibkan kemudian kepada Bani
Israil untuk mengeluarkan sebagian hartanya untuk orang miskin. Nabi Musa ‘alaihis
salam memberitahukan kepada kaumnya bahwa setiap 1000 dinar dikeluarkan
dengan 1 dinar. Dan setiap 100 dirham dikeluarkan 1 dirham.
Maka berkatalah Qarun: “Hai kaum!
Engkau selalu mendengar perintahnya dan mematuhinya, saat ini ia memerintahkan
kalian mengambil harta-harta kalian.”
Mereka berkata: “Engkau adalah
bangsawan kami dan tuan kami, maka perintahkanlah kami sekehendakmu!”
Maka ia memerintahkan untuk membawa
seorang wanita pencuri maka kemudian ia menjadikan dirinya perkara palsu. Maka
mereka memanggilnya dan menyuruhnya untuk menuduh dirinya sendiri berzinah
dengan Nabi Musa ‘alaihis salam. Kemudian dia pun mendatangi Nabi Musa ‘alaihis
salam.
Ia berkata: “Sesungguhnya kaummu telah
berkumpul agar memerintahkan mereka dan melarang mereka.”
Maka keluarlah Nabi Musa ‘alaihis
salam kepada mereka dan berkata, “Wahai Bani Israil! Barangsiapa yang
mencuri maka akan kami potong tangannya, barangsiapa berzinah maka akan kami
cambuk dia 80 kali dan barangsiapa berzina sementara ia tidak punya istri maka
kami akan cambuk dia 100 kali dan barangsiapa yang berzinah sementara ia telah
beristri maka kami akan cambuk ia sampai mati.”
Kemudian Qarun berkata: “Meskipun
engkau yang melakukannya?”
Nabi Musa ‘alaihis salam
menjawab, “Meskipun aku!”
Kemudian Qarun berkata: “Sesungguhnya
Bani Israil telah menuduhmu dengan kekejian, engkau telah berzinah dengan
seorang perempuan.”
Nabi Musa ‘alaihis salam
berkata: “Panggilah ia! Apabila ia berkata, maka itulah saksinya.”
Maka ketika perempuan itu datang pada
Nabi Musa ‘alaihis salam, maka berkatalah Nabi Musa ‘alaihis salam:
“Wahai perempuan!”
Perempuan itu pun menjawab: “Aku
memenuhi panggilanmu.”
Nabi Musa ‘alaihis salam
berkata: “Apakah aku berzinah denganmu seperti tuduhan mereka?”
Perempuan itu menjawab: “Tidak mereka
bohong! Akan tetapi mereka membuat perkara agar aku menuduhmu berzinah dengan
diriku.”
Maka meloncatlah Nabi Musa ‘alaihis
salam dan bersujud. Maka diwahyukan kepadanya: “Perintahkanlah bumi
sekehendakmu.”
Kemudian Nab Musa ‘alaihis salam
berkata: “Ambilah mereka!” Maka terbenamlah kaki-kaki mereka. Kemudian dia
kembali berkata: “Ambilah mereka!” Maka terbenamlah lutut mereka. Kemudian dia
berkata kembali: “Ambilah mereka!” Maka terbenamlah mereka sampai ke leher.
Mereka kemudian berteriak minta tolong dan memohon kepada Nabi Musa ‘alaihis
salam. Akan tetapi Nabi Musa ‘alaihis salam tidak menggubrisnya dan
kemudian kembali berkata: “Wahai bumi, ambilah mereka!” maka terbenamlah mereka
semua ke dalam bumi.”
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman kepada Nabi Musa ‘alaihis salam: “Wahai Musa! Berkata
hamba-hamba-Ku padamu: “Wahai Musa! Wahai Musa! Janganlah kasihani mereka.
Kalau kepada-Ku mereka meminta maka mereka akan mendapati-Ku sangat dekat dan
menerima mereka.” (Tarikh Ath-Thabari, Jilid 1 hal. 265)
Ketika Qarun terus bersikap sombong
dan congkak, maka Allah benamkan Qarun dan rumahnya ke dalam bumi, dan tidak
ada seorang pun yang mampu menolongnya, dan ketika itu, orang-orang yang
kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu berkata:
وَيْكَأَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ
الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَوْلا أَنْ مَنَّ اللَّهُ
عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا وَيْكَأَنَّهُ لا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
“Aduhai,
benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari
hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya
atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Wahai, tidak beruntung
orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Al-Qashash [28] : 82)
0 Comment for "Kisah Qarun dan Hartanya yang Ditenggelamkan"