“Nabi mereka mengatakan kepada mereka:
“Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu.” (QS. Al-Baqarah [2]
: 247)
Nabi Syamu’il ‘alaihis salam
adalah seorang nabi dari Bani Israil dan merupakan keturunan dari Nabi Yusuf ‘alaihis
salam. Beliau adalah putra dari Ilkana dan ibu beliau bernama Hana.
(Perjanjian Lama, Kitab 1 Samuel [1] : 21). Arti nama Syamu’il adalah Allah
mendengar, dikatakan bahwa Hana menamai anaknya Syamu’il untuk mengenang
permohonannya kepada Allah subhanahu wa ta’ala akan seorang anak, dan
Allah mendengarnya.
Suatu hari, Nabi Syamu’il ‘alaihis
salam pernah diminta oleh kaumnya untuk memilih seorang pemimpin dari
kalangannya. Pada akhirnya terpilihlah Thalut yang memiliki profesi seorang
petani. Namanya tidak disebutkan dalam Al-Qur'an, tetapi referensi telah dibuat
oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam Al-Quran tanpa menyebutkan namanya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلَإِ مِنْ بَنِي
إِسْرَائِيلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَىٰ إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا
نُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ
أَلَّا تُقَاتِلُوا قَالُوا وَمَا لَنَا أَلَّا نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَدْ
أُخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا وَأَبْنَائِنَا فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ
تَوَلَّوْا إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ وَقَالَ لَهُمْ
نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا قَالُوا أَنَّىٰ يَكُونُ
لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً
مِنَ الْمَالِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ
وَالْجِسْمِ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ وَقَالَ
لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ آيَةَ مُلْكِهِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ التَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٌ
مِنْ رَبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ مِمَّا تَرَكَ آلُ مُوسَىٰ وَآلُ هَارُونَ تَحْمِلُهُ الْمَلَائِكَةُ
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Apakah
kamu tidak memperhatikan pemimpin-pemimpin Bani Israel sesudah Musa, yaitu
ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: “Angkatlah untuk kami seorang
raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah.” Nabi mereka
menjawab: “Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan
berperang.” Mereka menjawab: “Mengapa kami tidak mahu berperang di jalan Allah,
padahal sesungguhnya kami telah diusir dari anak-anak kami?”. Maka tatkala
perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa saja
di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang zalim. Nabi
mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut
menjadi rajamu.” Mereka menjawab: “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal
kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak
diberi kekayaan yang cukup banyak?” Nabi (mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah
telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.”
Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha
Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. Dan Nabi mereka mengatakan kepada
mereka: “Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut
kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari
peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang
beriman.” (QS. Al-Baqarah [2] : 246-248)
Para ulama seperti Ibnu Katsir rahimahullah
dan Ibnu Ishaq rahimahullah berpendapat bahwa ayat ‘nabi mereka’ merujuk
kepada Nabi Syamu’il ‘alaihis salam. Peristiwa ini terjadi ketika Bani
Israil saling berdebat untuk melantik seorang pemimpin dan raja bagi mereka.
Allah subhanahu wa ta’ala telah
memberikan kelebihan ilmu dan kepimpinan kepada Nabi Syamu’il ‘alaihis salam
sehingga beliau dipandang tinggi oleh masyarakat pada zamannya. Kaum Nabi
Syamu’il ‘alaihis salam sentiasa merujuk kepadanya dalam apa pun masalah
termasuk masalah politik.
Dalam masalah ini, mereka telah
memutuskan untuk menunjuk Nabi Syamu’il ‘alaihis salam. Diriwayatkan
bahwa Nabi Syamu’il ‘alaihis salam telah diilhamkan Allah subhanahu
wa ta’ala untuk melantik seorang pemuda miskin bernama Thalut bagi Bani
Israil untuk memimpin mereka menentang musuh-musuh Bani Israil.
Berkat keshalihan dan doa Nabi
Syamu’il ‘alaihis salam, Thalut yang dulunya seorang petani telah
berhasil membawa Bani Israil ke masa baru hingga di utusnya Nabi Dawud ‘alaihis
salam di kemudian hari.
0 Comment for "Kisah Nabi Syamu'il ‘Alaihis Salam"