Nabi Dawud ‘Alaihis Salam menjadi Raja

“Dan Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Dawud.” (QS. Al-Isra’ [17] : 55)

Diriwayatkan, setelah Nabi Dawud ‘alaihis salam berhasil membunuh Jalut, maka Thalut pun menikahkan putrinya dengan Nabi Dawud ‘alaihis salam serta memberikan tahta kerajaan kepada beliau sebagaimana janji yang telah diikrarkan ketika pasukan Thalut hendak berperang melawan Jalut. Tak lama setelah itu, Nabi Dawud ‘alaihis salam pun diangkat oleh Allah subhanahu wa ta’ala menjadi seorang rasul dengan menganugerahkan kepadanya kitab Zabur yang berisikan pujian-pujian kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Selain itu, Nabi Dawud ‘alaihis salam pun dianugerahkan suara yang sangat merdu dan tak ada yang menandinginya. Inilah karunia dan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala yang dicurahkan kepada Nabi Dawud ‘alaihis salam.

Karena merdunya suara beliau, jika ia membaca kitab Zabur dan terdengar oleh orang-orang yang sakit maka sembuhlah mereka, juga air dan angina pun menjadi tenang, burung-burung serta bukit-bukit turun memuji Allah subhanahu wa ta’ala. Demikian pula besi dapat menjadi lunak ditangannya, diriwayatkan bahwa ia tidak perlu api dan palu untuk membentuk besi, sehingga diperintahkanlah dirinya untuk membuat perisai perang. Dan ia dapat membuat benda-benda yang bermacam-macam yang ia kehendaki dengan izin Allah subhanahu wa ta’ala.

وَلَقَدْ آتَيْنَا دَاوُدَ مِنَّا فَضْلا يَا جِبَالُ أَوِّبِي مَعَهُ وَالطَّيْرَ وَأَلَنَّا لَهُ الْحَدِيدَ أَنِ اعْمَلْ سَابِغَاتٍ وَقَدِّرْ فِي السَّرْدِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Dawud kurnia dari Kami. (Kami berfirman): "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Dawud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Saba [34] : 10-11)

وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِمَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَقَدْ فَضَّلْنَا بَعْضَ النَّبِيِّينَ عَلَىٰ بَعْضٍ وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُورًا

“Dan Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Dawud.” (QS. Al-Isra’ [17] : 55)

Nabi Dawud ‘alaihis salam berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala: “Ya Allah, aku melihat begitu banyak kebaikan dunia yang telah hilang dari leluhurku, maka berikanlah aku apa yang belum pernah Engkau berikan pada mereka.” Maka kemudian Allah subhanahu wa ta’ala mewahyukan kepadanya: “Sesungguhnya leluhurmu telah diuji dengan berbagai ujian yang engkau belum dapatkan, telah diuji Ibrahim dengan mengorbankan anaknya, Ishaq diuji dengan rabun matanya, Yaqub diuji dengan kesedihan atas anaknya Yusuf, sedangkan engkau belum mendapat ujian apapun.”

Maka Nabi Dawud ‘alaihis salam berdoa: “Ya Tuhanku, berilah aku ujian seperti mereka telah diuji dan berikanlah aku seperti yang telah Engkau berikan kepada mereka.” Maka Allah subhanahu wa ta’ala mewahyukan: “Engkau akan diuji maka berhati-hatilah!”

Nabi Dawud ‘alaihis salam membagi waktunya dengan empat bagian: Pertama, untuk istri-istrinya. Kedua, untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Ketiga, untuk memerintah Bani Israil. Keempat, untuk berdakwah kepada Bani Israil. Suatu saat ketika Nabi Dawud ‘alaihis salam sedang shalat datanglah setan dalam bentuk burung merpati yang kemudian hinggap di bawah kakinya dan menjadi patung emas. Maka ia menjulurkan tangannya untuk memindahkannya, tiba-tiba patung itu pindah dan diikuti tangannya, patung emas itu terus bergeser. Dalam keadaan penasaran ia terus mengikuti burung emas itu sampai akhirnya, matanya tertuju pada seorang wanita yang sedang mandi di atas rumahnya dan ia melihat kecantikan wanita itu sangat mempesonanya. Maka terlihatlah auratnya, ketika wanita itu menengadah dilihatnya raja sedang mengawasinya, ditutupnyalah badannya dengan rambutnya, maka bertambahlah hasrat Nabi Dawud ‘alaihis salam.

Maka ditanyakanlah kepada pejabat-pejabatnya tentang wanita itu, dan diberitahukanlah ia bahwa suami wanita itu adalah Areya yang sedang berada di medan perang. Maka Nabi Dawud ‘alaihis salam mengirim surat kepadanya untuk melanjutkan peperangan menghadapi kaum yang lebih kejam, sehingga akhirnya ia mati di medan perang. Setelah kematian suaminya, maka bebaslah baginya untuk mengawini perempuan itu. Maka nikahlah ia dengan wanita itu.

Setelah lama berselang maka datanglah dua malaikat dalam bentuk manusia yang mempertengkarkan urusannya kepada raja, sedangkan Nabi Dawud ‘alaihis salam pada waktu itu sedang beribadah, maka dilaranglah dua orang itu menemui raja. Namun akhirnya, dua malaikat itu menemui Nabi Dawud ‘alaihis salam dan mempertanyakan persoalan mereka kepadanya.

Ketika mereka masuk menemui Nabi Dawud ‘alaihis salam, Nabi Dawud ‘alaihis salam terkejut karena kedatangan mereka. Mereka berkata:

لا تَخَفْ خَصْمَانِ بَغَى بَعْضُنَا عَلَى بَعْضٍ فَاحْكُمْ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَلا تُشْطِطْ وَاهْدِنَا إِلَى سَوَاءِ الصِّرَاطِ إِنَّ هَذَا أَخِي لَهُ تِسْعٌ وَتِسْعُونَ نَعْجَةً وَلِيَ نَعْجَةٌ وَاحِدَةٌ

“Janganlah kamu merasa takut; (kami) adalah dua orang yang berperkara yang salah seorang dari kami berbuat zalim kepada yang lain; maka berilah keputusan antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjukilah kami ke jalan yang lurus. Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja.” (QS. Shad [38] : 22-23)

Maka Nabi Dawud ‘alaihis salam berkata:

أَكْفِلْنِيهَا وَعَزَّنِي فِي الْخِطَابِ لَقَدْ ظَلَمَكَ بِسُؤَالِ نَعْجَتِكَ إِلَى نِعَاجِهِ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ الْخُلَطَاءِ لَيَبْغِي بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَقَلِيلٌ مَا هُمْ وَظَنَّ دَاوُدُ أَنَّمَا فَتَنَّاهُ فَاسْتَغْفَرَ رَبَّهُ وَخَرَّ رَاكِعًا وَأَنَابَ

“Serahkanlah kambingmu itu kepadaku dan dia mengalahkan aku dalam perdebatan. Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini.” (QS. Shad [38] : 23-24)

Setelah malaikat itu menyadarkannya, maka menangislah Nabi Dawud ‘alaihis salam sejadi-jadinya, ternyata ia sedang diuji dan ia terlena oleh godaan setan dan telah membuat perkara bagi Areya suami Nazur gadis yang mempesona beliau sehingga Areya mati terbunuh. Akhirnya ia bersujud meminta ampun kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Setiap hari meminta ampun kepada Allah subhanahu wa ta’ala sampai 40 hari lamanya barulah Allah subhanahu wa ta’ala mewahyukan kepadanya bahwa Allah subhanahu wa ta’ala telah mengampuninya. (Tarikh Ath-Thabari, Jilid 1 hal. 283 dan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 4 hal. 41)

Namun perlu diketahui bahwa kisah Nabi Dawud ‘alaihis salam yang tergoda oleh istri Areya menjadi perbincangan ulama dalam hal keshahihannya dan mayoritas ulama menyatakan bahwa kisah Nabi Dawud ‘alaihis salam yang tergoda oleh istri Areya adalah kisah Bathil yang berumber dari cerita Israiliyyat.

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Para ahli tafsir menyebutkan tentang ayat ini sebuah kisah yang kebanyakannya diambil dari israiliyyat, tidak shohih dari Nabi tentangnya suatu hadits yang bisa diikuti. Namun Ibnu Abi Hatim meriwayatkan di sini suatu hadits yang tidak shohih sanadnya, karena diriwayatkan dari Yazid Ar-Raqasyi dari Anas, sedangkan Yazid sekalipun dia termasuk orang shalih tetapi dia adalah lemah menurut para imam ahli hadits.”

Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata: “Kisah tentang terfitnahnya Nabi Dawud ‘alaihis salam karena dia melihat istri prajuritnya (Areya) sangat masyhur dan tersebar dalam kisah para Nabi dan sebagian kitab tafsir. Seorang muslim yang berakal tidak akan meragukan tentang bathilnya kisah ini, karena dalam kisah tersebut terdapat hal-hal yang tidak pantas dengan kedudukan para Nabi, seperti beliau berusaha untuk membunuh suaminya agar dia menikahi istrinya setelah kematiannya. Kisah ini juga diriwayatkan secara ringkas dari Nabi, maka harus disebutkan di sini dan diperingatkan. Nampaknya, kisah ini adalah israiliyyat yang dinukil oleh ahli kitab yang tidak meyakini kema’shuman para Nabi.”

Nabi Dawud ‘alaihis salam meninggal dunia dalam usia 100 tahun lebih 6 bulan dan dimakamkan di Baitul Maqdis, Palestina.

0 Comment for "Nabi Dawud ‘Alaihis Salam menjadi Raja"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top