Hijrahnya Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam

“Dan ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah [2] : 260)

Setelah berdakwah siang dan malam selama bertahun-tahun di Babilonia, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam memutuskan berhijrah dari negeri tersebut, karena beliau melihat tidak ada yang beriman selain istrinya Sarah dan putera saudaranya, yaitu Nabi Luth ‘alaihis salam, maka ia pun berhijrah dari satu tempat ke tempat yang lain hingga sampai di Palestina. Di sanalah beliau tinggal beberapa lama, beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan megajak manusia untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Setelah berlalu beberapa tahun, maka negeri tersebut ditimpa kemarau panjang, hingga mendesak Nabi Ibrahim ‘alaihis salam untuk hijrah ke Mesir. Ketika itu, di Mesir ada seorang raja yang kejam namun suka kepada wanita, ia memiliki beberapa pembantu yang membantunya untuk memperoleh apa yang ia inginkan.

Para pembantunya berdiri di pinggiran negeri untuk memberitahukan kepada raja wanita-wanita cantik yang datang ke Mesir. Saat mereka melihat Sarah, dimana ia adalah wanita yang sangat cantik, maka mereka menyampaikan kepada raja dan memberitahukan kepadanya bahwa bersamanya ada seorang laki-laki, maka raja pun mengeluarkan perintahnya untuk membawa laki-laki itu.

Tidak beberapa lama, beberapa tentara datang dan membawa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam kepada raja. Ketika tiba di hadapannya, maka raja bertanya kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam tentang wanita yang bersamanya, lalu Nabi Ibrahim ‘alaihis salam menjawab, “Ia adalah saudarinya.” Rajanya berkata, “Bawalah ia ke hadapanku.” Maka Nabi Ibrahim ‘alaihis salam pergi menemui Sarah dan memberitahukan kepadanya apa yang disampaikannya kepada raja dan perkatannya, bahwa Sarah adalah saudarinya.

Lalu Sarah pun pergi ke istana. Ketika raja melihatnya, maka raja terpesona melihat kecantikannya dan langsung berdiri menghampirinya, tetapi Sarah berkata, “Saya ingin shalat dan berwudhu (dahulu).” Maka raja pun mengizinkannya. Lalu Sarah berwudhu dan shalat, setelah itu ia berdoa, “Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa aku beriman kepada-Mu dan kepada Rasul-Mu, dan aku menjaga kehormatanku selain kepada suamiku, maka janganlah engkau berikan kekuasaan kepada orang kafir ini.” Maka Allah subhanahu wa ta’ala mengabulkan permohonannya, menjaganya dan memeliharanya. Sehingga setiap kali, raja ingin memegangnya, maka tangannya tergenggam atau tercekik, hingga raja pun meminta Sarah agar berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar tangannya terbuka dan raja tidak akan menimpakan bahaya apa-apa kepadanya. Kejadian ini berulang sampai tiga kali.

Saat raja mengetahui, bahwa ia ternyata tidak berkuasa kepadanya, maka raja memanggil sebagian pembantunya dan berkata kepada mereka, “Kalian tidak membawaku seorang manusia, bahkan membawa kepadaku seorang setan.” Lalu ia memerintahkan para pembantunya untuk memberikan Hajar kepadanya untuk menjadi pelayannya.

Maka Sarah pun kembali kepada suaminya tanpa diganggu sedikit pun oleh raja, lalu Sarah mendapatkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dalam keadaan shalat. Saat Sarah sampai, maka Nabi Ibrahim ‘alaihis salam melihatnya dan bertanya kepadanya tentang hal yang terjadi? Sarah pun menjelaskan, bahwa Allah subhanahu wa ta’ala menolak tipu daya raja itu kepadanya dan memberikan kepadanya seorang budak bernama Hajar untuk melayaninya.

Setelah beberapa lama, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam kembali ke Palestina. Di tengah perjalanan, putera saudaranya, yaitu Nabi Luth ‘alaihis salam meminta izin kepadanya untuk pergi ke negeri Sadum untuk mengajak penduduknya beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan meninggalkan perbuatan keji yang selama ini mereka lakukan, maka Nabi Ibrahim ‘alaihis salam memberinya sebagian binatang ternak dan harta, dan ia melanjutkan perjalanannya bersama keluarganya ke Palestina hingga tiba di sana, dan di sana Nabi Ibrahim ‘alaihis salam tinggal beberapa lama.

Suatu hari Nabi Ibrahim ‘alaihis salam meminta kepada Allah subhanahu wa ta’ala, agar Dia memperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan orang-orang yang telah mati. Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah subhanahu wa ta’ala:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَى كُلِّ جَبَلٍ مِنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.” Allah berfirman, “Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab, “Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku).” Allah berfirman, “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman), “Lalu letakkan di atas setiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Dan ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah [2] : 260)

Maka Nabi Ibrahim ‘alaihis salam melaksanakan perintah itu, beliau menyembelih empat ekor burung dan meletakkan bagian-bagian badannya di atas beberapa bukit, lalu beliau kembali ke tempat semula sambil berdiri menghadap ke arah bukit dan memanggil burung-burung yang telah disembelih dan dipisah-pisah badannya itu, tiba-tiba burung itu hidup kembali dan datang kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dengan izin Allah subhanahu wa ta’ala. Melihat itu maka semakin kokohlah keimanan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam.

0 Comment for "Hijrahnya Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top