“Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris
dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. Kami telah
memasukkan mereka kedalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang
yang saleh.” (QS. Al-Anbiya’ [21] : 85-86)
Nabi Dzulkifli ‘alaihis salam
adalah seorang nabi yang diutus kepada Kaum Amoria di Damaskus, Syam. Beliau
hidup sekitar tahun 1500 SM hingga 1425 SM dan beliau diutus menjadi nabi dan
rasul pada tahun 1460 SM. Nabi Dzulkifli ‘alaihis salam anak Nabi Ayyub ‘alaihis
salam, Dzulkifli adalah gelar yang diberikan kepadanya, sedangkan nama
aslinya adalah Basyar bin Ayyub. Gelar ini diberikan kepadanya karena beliau
sanggup menjalankan amanat raja. Beliau adalah seorang yang sabar.
وَإِسْمَاعِيلَ وَإِدْرِيسَ وَذَا الْكِفْلِ
كُلٌّ مِنَ الصَّابِرِينَ وَأَدْخَلْنَاهُمْ فِي رَحْمَتِنَا إِنَّهُمْ مِنَ الصَّالِحِينَ
“Dan
(ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang
yang sabar. Kami telah memasukkan mereka kedalam rahmat Kami. Sesungguhnya
mereka termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Al-Anbiya’ [21] : 85-86)
Dzulkifli artinya sanggup dan yang
dimaksud sanggup ialah sanggup melaksanakan perintah raja. Konon, di negeri itu
terdapat seorang raja yang sudah tua usianya dan tidak sanggup lagi memegang
kerajaannya, sedangkan ia tidak mempunyai anak. Raja itu berkata di hadapan
rakyatnya: “Siapakah diantara rakyatku yang sanggup berpuasa di siang hari dan
beribadah di malam hari dan tidak marah-marah maka kepadanya akan kuserahkan
kerajaan ini, karena aku sudah tua.”
Bertanya sang Raja sekali lagi:
“Siapakah diantara rakyatku yang sanggup berpuasa di siang hari dan beribadah
di malam hari dan tidak marah-marah?”
Berdirilah seorang pemuda, dialah
Basyar bin Ayyub dan dia berkata: “Aku sanggup!” Sedangkan seluruh rakyat di
kerajaan itu tidak seorang pun yang sanggup seperti Basyar. Inilah sebabnya
Basyar diberi gelar Dzulkifli. (Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 3 hal. 257)
Setelah beliau diangkat menjadi raja,
beliau mengatur waktunya sedemikian tertibnya, sebagian waktunya untuk mengurus
kerajaan dan melayani umatnya dan sebagian lagi
waktunya untuk tidur. Sedangkan pada siang hari untuk berpuasa dan pada
malam harinya sebagian untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Pada suatu hari ketika beliau hendak
tidur, datanglah setan menyerupai manusia akan menggodanya tentang hal
ihwalnya. Karena Nabi Dzulkifli ‘alaihis salam hendak tidur,
diserahkanlah tamu itu kepada wakilnya untuk menerima dan menyelesaikan
persoalannya. Rupanya tamunya tidak suka diterima oleh wakilnya dan menyatakan
bahwa tidak semestinya raja membedakan antara yang miskin dan kaya, ia mendesak
agar raja sendirilah yang menerimanya dan menyelesaikan persoalannya.
Karena tamu itu tidak mau pergi dan
perkaranya minta diselesaikan segera, maka waktu bagi Nabi Dzulkifli ‘alaihis
salam untuk tidur sudah tidak ada lagi. Walaupun demikian Nabi Dzulkifli ‘alaihis
salam tidak marah, tetap sabar dan ketika ia memegang tangannya, ia lari
darinya, ternyata tamu itu adalah setan yang menyamar menjadi manusia yang
sengaja datang untuk menggoda Nabi Dzulkifli ‘alaihis salam.
Pada suatu malam terjadilah peperangan
di negeri itu dengan orang-orang yang durhaka kepada Allah subhanahu wa
ta’ala, kemudian Nabi Dzulkifli ‘alaihis salam memerintahkan agar
seluruh rakyatnya maju ke medan perang yang sedang terjadi, tetapi rakyatnya
membangkang.
Mereka menjawab: “Hai raja! Kami
takut berperang karena kami masih senang hidup di dunia, dan jika engkau
memintakan kepada Allah untuk menjamin hidup kami barulah kami siap berperang.”
Mendengar
itu Nabi Dzulkifli ‘alaihis salam tidak marah dan berdoa kepada Allah subhanahu
wa ta’ala: “Ya Allah saya telah menyampaikan risalah-Mu kepada mereka,
menyuruh mereka berperang, namun mereka enggan dan membangkang perintahku,
mereka mempunyai permintaan.”
Kemudian turunlah wahyu kepada Nabi
Dzulkifli ‘alaihis salam, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Wahai Dzulkifli, Aku telah mengetahui akan permintaan mereka dan Aku mendengar
doamu dan semuanya Aku kabulakan.”
Demikianlah gambaran kesabaran Nabi
Dzulkifli ‘alaihis salam dalam menghadapi segala persoalan, beliau
hadapi segala urusan dengan sabar, beliau selalu mematuhi janji yang diberikan
oleh raja dahulu yang menyerahkan kerajaannya, dan beliau berpegang teguh akan
janji dan kesanggupan untuk bersabar. Beliau meninggal dunia dalam usia 75
tahun di Syam.
0 Comment for "Kisah Nabi Dzulkifli ‘Alaihis Salam"