“Dan (Kami telah mengutus) kepada
penduduk Madyan saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.” (QS. Al-A’raf
[7] : 85)
Nabi Syu’aib ‘alaihis salam
adalah seorang nabi yang diutus kepada kaum Madyan dan Aikah. Beliau hidup
sekitar tahun 1600 SM hingga 1500 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 1550
SM. Dalam Perjanjian Lama nama beliau dikenal dengan Yitro atau Rehuel yang
merupakan mertua Nabi Musa ‘alaihis salam.
Para ahli sejarah berselisih pendapat
mengenai nasab beliau, ada yang menyebutkan bahwa Nasab Nabi Syu’aib ‘alaihis
salam adalah Syu’aib bin Shaifun bin Aifa bin Nabit bin Madyan bin Ibrahim,
adapula yang menyebut Syu’aib bin Mikail bin Yasjir bin Madyan bin Ibrahim. Dan
ada pula yang menyatakan bahwa Nabi Syu’aib ‘alaihis salam bukanlah
keturunan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, akan tetapi keturunan orang yang
beriman kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. (Tarikh Ath-Thabari, Jilid 1
hal. 196-197)
Penduduk Madyan dan Aikah sudah lama
meninggalkan ajaran nabi-nabi yang terdahulu, meninggalkan syari’at Allah subhanahu
wa ta’ala. Karena itulah Nabi Syu’aib ‘alaihis salam diutus oleh
Allah subhanahu wa ta’ala menyeru mereka supaya mereka menyembah Allah subhanahu
wa ta’ala dan jangan melakukan kejahatan yang berupa pencurian, penipuan
dan menipu dalam hal timbangan, takar menakar dan sebagainya.
وَإِلَى
مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ
إِلَهٍ غَيْرُهُ قَدْ جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ فَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ
وَلا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ بَعْدَ إِصْلاحِهَا
ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Dan
(Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syu'aib. Ia
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu
selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu.
Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi
manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih
baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Al-A’raf [7]
: 85)
Seruan Nabi Syu’aib ‘alaihis salam
itu tidak digubris oleh kaumnya, malah mereka membenarkan diri sendiri, sedang
Nabi Syu’aib ‘alaihis salam dianggapnya seorang yang menimbulkan
keresahan dan kesulitan bagi masyarakat. Namun Nabi Syu’aib ‘alaihis salam
tidak putus asa, ia terus bersabar dan terus menyerukan dakwahnya, ia terus
mengjak umatnya untuk kembali kepada kebenaran.
Mereka pun tidak kurangnya menantang
Nabi Syu’aib ‘alaihis salam, para pemuka-pemuka dari kaum Syu’aib yang
menyombongkan diri berkata:
لَنُخْرِجَنَّكَ يَا شُعَيْبُ وَالَّذِينَ
آمَنُوا مَعَكَ مِنْ قَرْيَتِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا
“Sesungguhnya
kami akan mengusir kamu hai Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari
kota kami, atau kamu kembali kepada agama kami.” (QS. Al-A’raf [7] : 88)
Nabi Syu’aib ‘alaihis salam
berkata:
أَوَلَوْ كُنَّا كَارِهِينَ قَدِ افْتَرَيْنَا
عَلَى اللَّهِ كَذِبًا إِنْ عُدْنَا فِي مِلَّتِكُمْ بَعْدَ إِذْ نَجَّانَا اللَّهُ
مِنْهَا وَمَا يَكُونُ لَنَا أَنْ نَعُودَ فِيهَا إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّنَا
وَسِعَ رَبُّنَا كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا افْتَحْ
بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ
“Dan
apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak menyukainya? Sungguh
kami mengada-adakan kebohongan yang benar terhadap Allah, jika kami kembali
kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan kami dari padanya. Dan tidaklah patut
kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Tuhan kami menghendaki(nya).
Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah sajalah kami
bertawakkal. Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan
hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.” (QS. Al-A’raf
[7] : 88-89)
Maka para pemuka Kaumnya berkata:
لَئِنِ اتَّبَعْتُمْ شُعَيْبًا إِنَّكُمْ
إِذًا لَخَاسِرُونَ
“Sesungguhnya
jika kamu mengikuti Syu'aib, tentu kamu jika berbuat demikian (menjadi)
orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf [7] : 90)
Bahkan mereka dengan sombongnya
berkata kepada Nabi Syu’aib ‘alaihis salam, “Cobalah buktikan ucapanmu
itu! Dan turunkanlah siksa kepada kami! Jika engkau memang benar!
Permintaan itu langsung dijawab oleh
Allah subhanahu wa ta’ala dengan adzab berupa gempa yang membinasakan
merela.
فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا
فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ الَّذِينَ كَذَّبُوا شُعَيْبًا كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا
الَّذِينَ كَذَّبُوا شُعَيْبًا كَانُوا هُمُ الْخَاسِرِينَ
“Kemudian
mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di
dalam rumah-rumah mereka, (yaitu) orang-orang yang mendustakan Syu'aib
seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota itu; orang-orang yang
mendustakan Syu'aib mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf [7] :
91-92)
Sebelum Nabi Syu’aib ‘alaihis salam
berhijrah, beliau berpesan pada kaumnya:
يَا قَوْمِ لَقَدْ أَبْلَغْتُكُمْ رِسَالاتِ
رَبِّي وَنَصَحْتُ لَكُمْ فَكَيْفَ آسَى عَلَى قَوْمٍ كَافِرِينَ
“Hai
kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan
aku telah memberi nasehat kepadamu. Maka bagaimana aku akan bersedih hati
terhadap orang-orang yang kafir?” (QS. Al-A’raf [7] : 93)
Demikianlah siksaan Allah subhanahu
wa ta’ala menimpa kaum Madyan, maka Nabi Syu’aib ‘alaihis salam
beserta orang-orang yang beriman hijrahke negeri Aikah, suatu dusun tidak jauh
dari Madyan. Di negeri Aikah ternyata rakyatnya tidak jauh berbeda dengan
keadaan di Madyan. Mereka membangkang dan mendurhakai Tuhan. Nabi Syu’aib ‘alaihis
salam tak bosan-bosannya menyeru mereka mengajak agar mereka menyembah
Allah subhanahu wa ta’ala yang menciptakan alam ini. Nabi Syu’aib ‘alaihis
salam menjelaskan kepada mereka siksaan yang akan menimpa orang-orang yang
durhaka kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan seandainya ikut kepada
seruan itu maka faedahnya terpulang kepada mereka sendiri. Nabi Syu’aib ‘alaihis
salam berkata:
إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ فَاتَّقُوا
اللَّهَ وَأَطِيعُونِ وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلا
عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya
aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada
Allah dan taatlah kepadaku dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas
ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.” (QS. Asy-Syu’ara
[26] : 178-180)
Mereka menentang keras Nabi Syu’aib ‘alaihis
salam sehingga datanglah adzab dari Allah subhanahu wa ta’ala. Allah
subhanahu wa ta’ala memberikan adzab berupa awan panas selama tujuh
hari. Selama tujuh hari langit menjadi sangat membakar tubuh, tidak ada manusia
yang sanggup menahannya, kemudian dating awan yang mereka kira akan menjadi
pelindung mereka, tetapi ternyata siksa Allah subhanahu wa ta’ala yang
turun kepada mereka lebih panas dari api, melumat bumi dan meniupkan angina sehingga
mereka mati. (Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 3 hal. 461).
0 Comment for "Kisah Nabi Syu'aib ‘Alaihis Salam"