Kisah Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam, Dari Penjara Sampai ke Istana

“Berkatalah salah seorang di antara keduanya, “Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku memeras anggur.” Dan yang lainnya berkata, “Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku membawa roti di atas kepalaku, sebagiannya dimakan burung.” berikanlah kepada kami takwinya; sesungguhnya kami memandang kamu termasuk orang-orang yang pandai (menakwilkan mimpi).” (QS. Yusuf [12] : 36)

Selama di penjara Nabi Yusuf ‘alaihis salam senantiasa memperlihatkan ketinggian budi pekertinya kepada kawan sepenjara. Nabi Yusuf ‘alaihis salam memiliki dua orang teman yang sangat akrab di penjara. Namanya Alakhranbu dan Mahlab. Keduanya masuk penjara bersamaan dengan dipenjaranya Nabi Yusuf ‘alaihis salam, sebelum mereka dimasukan dalam penjara, pekerjaan mereka adalah sebagai tukang roti dan yang satu lagi tukang pemberi minum raja.

Alakhranbu dan Mahlab melihat akhlak Nabi Yusuf ‘alaihis salam yang begitu mulia dan ibadah yang dilakukannya yang mengagumkan sehingga keduanya mendatangi Nabi Yusuf ‘alaihis salam dan menceritakan mimpi keduanya kepada Nabi Yusuf ‘alaihis salam sebagaimana yang disebutkan Allah subhanahu wa ta’ala dalam kitab-Nya:

قَالَ أَحَدُهُمَا إِنِّي أَرَانِي أَعْصِرُ خَمْرًا وَقَالَ الْآخَرُ إِنِّي أَرَانِي أَحْمِلُ فَوْقَ رَأْسِي خُبْزًا تَأْكُلُ الطَّيْرُ مِنْهُ نَبِّئْنَا بِتَأْوِيلِهِ إِنَّا نَرَاكَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

“Berkatalah salah seorang di antara keduanya, “Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku memeras anggur.” Dan yang lainnya berkata, “Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku membawa roti di atas kepalaku, sebagiannya dimakan burung.” berikanlah kepada kami takwinya; sesungguhnya kami memandang kamu termasuk orang-orang yang pandai (menakwilkan mimpi).” (QS. Yusuf [12] : 36)

Maka Nabi Yusuf ‘alaihis salam menakwil mimpi keduanya, namun sebelumnya Nabi Yusuf ‘alaihis salam mengajak mereka beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala, beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Selanjutnya, Ia menakwil mimpi mereka berdua, bahwa di antara mereka berdua ada yang akan keluar dari penjara dan kembali bekerja seperti semula memberi minum kepada raja, sedangkan yang satu lagi akan disalib dan burung akan memakan kepalanya.

Sebelum pemberi minum dikeluarkan dari penjara, Nabi Yusuf ‘alaihis salam meminta kepadanya agar menyampaikan masalah dirinya kepada raja bahwa dia tidaklah bersalah dan bahwa dia dipenjara secara zhalim agar dia dimaafkan dan dikeluarkan dari penjara, tetapi setan membuat tukang pemberi minum raja ini lupa tidak menyebutkan masalah Nabi Yusuf ‘alaihis salam kepada raja sehingga Nabi Yusuf ‘alaihis salam tetap tinggal di penjara beberapa tahun lamanya. Maka berlalulah waktu dan terjadilah apa yang ditakwikan Nabi Yusuf ‘alaihis salam itu terhadap keduanya.

Pada suatu ketika, raja Mesir saat itu yaitu Rayyan bin Al-Walid bin Tsarwan bin Arasyah bin Qaran bin Imlaq bin Lauz bin Sam bin Nuh (Tarikh Ath-Thabari, Jilid 1 hal. 204), bermimpi melihat tujuh ekor sapi yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi yang kurus, dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering, maka raja pun segera bangun dari tidurnya dalam keadaan terkejut, ia pun segera mengumpulkan para pemukanya dan menceritakan mimpinya itu serta meminta mereka menakwil mimpi itu, tetapi mereka semua tidak sanggup. Mereka juga berusaha memalingkan raja dari mimpi itu agar tidak dibuat cemas olehnya sambil berkata:

أَضْغَاثُ أَحْلَامٍ وَمَا نَحْنُ بِتَأْوِيلِ الْأَحْلَامِ بِعَالِمِينَ

“Itu adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali tidak tahu mentakwikan mimpi itu.” (QS. Yusuf [12] : 44)

Meskipun demikian, raja tetap gelisah atas mimpinya itu dan terus berusaha mengetahui maksud mimpinya, hingga akhirnya tukang pemberi minum raja ingat dengan Nabi Yusuf ‘alaihis salam dan meminta raja masuk ke dalam penjara untuk menemui Nabi Yusuf ‘alaihis salam. Ketika itulah ia meminta Nabi Yusuf ‘alaihis salam menakwil mimpi raja itu, maka Nabi Yusuf ‘alaihis salam menakwilnya, bahwa sapi yang gemuk dan tujuh bulir itu adalah tujuh tahun dimana pada tahun itu penuh dengan kebaikan dan keberkahan.

Nabi yusuf ‘alaihis salam tidak hanya menakwilkan mimpi, tetapi menawarkan cara terbaik bagi mereka dalam mengatasinya, yaitu mereka harus menyimpan hasil tanaman mereka untuk menghadapi tahun-tahun kemarau dengan cara membiarkan di bulirnya kecuali sedikit untuk dimakan sampai Allah subhanahu wa ta’ala akan membukakan kelapangan.

Ketika tukang pemberi minum raja telah mengetahui takwilnya, maka ia segera kembali ke raja dan memberitakan apa yang dikatakan Nabi Yusuf ‘alaihis salam kepadanya, maka raja pun bergembira sekali, lalu raja bertanya tentang orang yang menakwil mimpinya itu, maka tukang pemberi minum raja memberitahukannya, yaitu Yusuf. Mendengar jawabannya, maka raja segera meminta Nabi Yusuf ‘alaihis salam dibawa ke hadapannya. Lalu utusan raja segera menemui Nabi Yusuf ‘alaihis salam dan menyuruh Nabi Yusuf ‘alaihis salam mengikuti ajakan raja untuk menemuinya, tetapi Nabi Yusuf ‘alaihis salam menolak menemuinya sampai jelas kebersihan dirinya dan bahwa dirinya tidak bersalah, agar raja mengetahui tentang apa yang terjadi pada kaum wanita di kota itu.

Maka raja pun mengirim utusan untuk menemui istri Al-Aziz yaitu Zulaikha dan wanita-wanita lainnya serta bertanya kepada mereka tentang masalah Nabi Yusuf ‘alaihis salam, mereka pun mengakui kesalahan mereka serta menyatakan tobatnya, mereka berkata, “Mahasuci Allah, kami tidak mengetahui sesuatu keburukan darinya.” Zulaikha juga menjelaskan kebersihan Nabi Yusuf ‘alaihis salam di hadapan manusia.

Ketika itulah, raja mengeluarkan ketetapan bersihnya Nabi Yusuf ‘alaihis salam dari tuduhan yang ditujukan kepadanya dan memerintahkan agar Nabi Yusuf ‘alaihis salam dikeluarkan dari penjara, ia juga memuliakan Nabi Yusuf ‘alaihis salam dan mendekatkan dirinya kepadanya, lalu raja memberikan pilihan kepadanya untuk memilih jabatan yang ia mau, maka Nabi Yusuf ‘alaihis salam berkata:

اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الْأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ

“Jadikanlah aku bendaharawan negeri Mesir. Sesungguhnya aku orang yang pandai menjaga dan berpengetahuan.” (QS. Yusuf [12] : 55)

Raja pun setuju terhadap permintaan Nabi Yusuf ‘alaihis salam itu karena amanah dan ilmunya. Pada saat itu Nabi Yusuf ‘alaihis salam berusia 30 tahun. Tugasnya menghimpun dan mengatur persediaan bahan makanan pokok kerajaan Mesir. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala memberikannya ilmu pengetahuan dan hikmah kepadanya. Dan dengan kecerdasan dan kejujurannya, hal ini dapat dilaksanakan oleh Nabi Yusuf ‘alaihis salam dengan baik. Demikianlah caranya Allah subhanahu wa ta’ala telah menempatkan Nabi Yusuf ‘alaihis salam di tempat yang selayaknya, sesudah bertahun-tahun meringkuk di penjara. Dan pada saat itu pula Qifthir Al-Aziz, suami Zulaikha yang merupakan ayah angkatnya meninggal dunia. Maka Raja megawinkan Nabi Yusuf ‘alaihis salam dengan Zulaikha sehingga mereka dikaruniai 2 orang anak, Afrayim dan Mansya.

Selanjutnya, apa yang dimimpikan raja pun terwujud satu persatu. Tujuh tahun pertama negeri Mesir menjadi makmur. Masa tujuh tahun cukup untuk menghimpun kekuatan Ekonomi Mesir untuk menghadapi tujuh tahun yang panas terik dan paceklik. Masa tujuh tahun berikutnya datanglah masa panas dan paceklik, namun persediaan yang cukup yang telah disediakan oleh Nabi Yusuf ‘alaihis salam selama tujuh tahun berturut-turut dapat menjamin rakyat Mesir dengan baik.

0 Comment for "Kisah Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam, Dari Penjara Sampai ke Istana"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top