Kisah Nabi Syits ‘Alaihis Salam

“Diriwayatkan oleh Abu Dzar Al-Ghifari radhiallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, Nabi Syits ‘alaihis salam menerima perintah-perintah dari Allah subhanahu wa ta’ala yang tertulis dalam 50 Shahifah.” (Tarikh Ath-Thabari, Jilid 1 hal. 152)

Pasca terbunuhnya Habil, bukan main kesedihan Nabi Adam ‘alaihis salam, Isak tangis bertahun-tahun mengiringinya. Hingga akhirnya Allah subhanahu wa ta’ala mengaruniainya seorang anak sebagai pengganti Habil. Anak tersebut bernama Nabi Syits ‘alaihis salam, maknanya pemberian Allah subhanahu wa ta’ala, karena anak itu merupakan pemberian Allah subhanahu wa ta’ala untuk menggantikan Habil.

Nabi Syits ‘alaihis salam menurut beberapa sumber diperkirakan hidup antara tahun 3630 SM sampai 2718 SM. Berdasarkan keterangan dari Taurat Kitab Kejadian Pasal 5 ayat 3, beliau lahir ketika Nabi Adam ‘alaihis salam berusia 130 tahun dan dikatakan pula bahwa Nabi Syits ‘alaihis salam ini berwajah mirip dengan Nabi Adam ‘alaihis salam. Berdasarkan keterangan dari Taurat Kitab Kejadian Pasal 5 ayat 8 dan juga dikuatkan oleh riwayat dari Kitab Al-Kamil fi At-Tarikh Jilid 1 hal. 49-50 Nabi Syits ‘alaihis salam wafat ketika berumur 912 tahun.

Setelah Nabi Syits ‘alaihis salam menginjak dewasa, Nabi Adam ‘alaihis salam memberikan kepercayaan penuh kepadanya, segala ilmu yang diraihnya diajarkan kepada Nabi Syits ‘alaihis salam. Bahkan ketika akan meninggal, Nabi Adam ‘alaihis salam memberikan wasiat kepada Nabi Syits ‘alaihis salam untuk menggantikan dalam memimpin anak keturunannya untuk beribadah pada Allah subhanahu wa ta’ala. Dia juga diberi shuhuf (lembaran-lembaran wahyu). Allah subhanahu wa ta’ala mentakdirkan keturunannya berlanjut. Semua manusia silsilah keturunannya berasal dari Nabi Syits ‘alaihis salam, sedangkan anak Nabi Adam ‘alaihis salam yang lain punah (tidak berlanjut keturunannya).

Dikisahkan ketika Nabi Adam ‘alaihis salam sakit selama 11 hari, beliau memberikan wasiat kepada sang putra yaitu Nabi Syits ‘alaihis salam yang telah diberikan ilmu secara khusus oleh Nabi Adam ‘alaihis salam dan memerintahkan kepadanya agar menyembunyikan ilmunya dari Qabil, karena Qabil telah membunuh Habil sebab iri darinya, maka jadilah Qabil tidak memiliki ilmu yang bermanfaat. (Qishash Al-Anbiya hal. 59)

“Diriwayatkan oleh Abu Dzar Al-Ghifari radhiallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, Nabi Syits ‘alaihis salam menerima perintah-perintah dari Allah subhanahu wa ta’ala yang tertulis dalam 50 Shahifah.” (Tarikh Ath-Thabari, Jilid 1 hal. 152)

Nabi Syits ‘alaihis salam selalu mukim di Makkah. Melakukan haji dan umroh sampai beliau wafat, beliau mengumpulkan semua shuhuf yang diturunkan kepadanya dan juga yang diturunkan kepada ayahnya Nabi Adam ‘alaihis salam dan beliau mengamalkan semua isinya. Beliau juga membangun Ka'bah dengan batu dan tanah. Ketika Nabi Syits ‘alaihis salam sakit, beliau memberikan wasiatnya kepada sang putra yaitu Anusy, beliau meninggal dan dikuburkan bersama dengan kedua orangtuanya di gua Abu Qubais, Nabi Syits ‘alaihis salam lahir setelah umur Nabi Adam lewat 235 tahun dan Nabi Syits ‘alaihis salam ketika wafat berumur 912 tahun. (Al-Kamil fi At-Tarikh, Jilid 1 hal. 49-50)

Karena sedikitnya riwayat mengenai Nabi Syits ‘alaihis salam maka banyak sekali kekhilafan serta ketidakserasian riwayat bahkan sebagian besar merupakan riwayat yang berasal dari cerita Israiliyyat. Namun yang pasti Nabi Syits ‘alaihis salam adalah Nabi yang mulia yang telah diberikan 50 shahifah oleh Allah subhanahu wa ta’ala sebagai petunjuk dalam menjalani kehidupannya dan keluarganya saat itu dan dari beliaulah umat manusia dengan izin Allah subhanahu wa ta’ala menyebar di muka bumi.

0 Comment for "Kisah Nabi Syits ‘Alaihis Salam"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top