Sunnah Memegang Tongkat Ketika Berkhutbah

“Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam diberi tongkat ketika hari raya, lalu beliau pegangi ketika berkhutbah.” (HR. Abu Dawud no. 1147)


Sebagian dari kita mungkin pernah melihat seorang khatib yang memegang tongkat ketika sedang berkhutbah? Mungkin diantara kita ada yang bertanya-tanya ngapain tuh khatib megang tongkat? Apakah ada sunnahnya atau justru itu perkara baru? Namun sebelumnya perlu kita ketahui bahwasanya memegang tongkat ketika berkhutbah adalah masalah fiqih yang tak lepas dari ikhtilaf dan kita hendaklah bersikap lapang dada dan saling menghargai.

Ulama berbeda pendapat mengenai hal ini, ada ulama yang menyatakan ini adalah sunnah namun ada pula yang memakruhkannya. Namun pendapat yang paling rajih adalah bahwa hal ini adalah sunnah sebagaimana pendapat mayoritas ulama dari madzhab Syafi’i, Hanbali, Maliki dan beberapa ulama dari madzhab Hanafi.

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Hendaklah orang yang berkhutbah memegang tongkat atau busur ataupun yang sejenisnya, karena telah sampai kepada kami bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkhutbah dengan memegang tongkat.” (Al-Umm, Jilid 2 hal. 409)

Beliau rahimahullah berdalil dengan hadits Atha’ rahimahullah:

عَنْ ابن جريج قال قلت لعَطَاءٍ أ كان رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بقوم عَلَى عَصَا  إِذَا خَطَبَ قال نعم كان يعتمد عليها اعتمادا

“Dari Ibnu Juraij, beliau berkata, Aku bertanya kepada Atha’ apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memegang tongkat apabila berkhutbah? Atha’ menjawab : “Ya, benar. Rasulullah memegang tongkat.” (HR. Asy-Syafi’i dalam Al-Umm, Jilid 2 hal. 409 dan Abdurrazzaaq no. 5246)

Akan tetapi hadits dari Atha’ bin Abi Rabbah rahimahullah di atas adalah hadits mursal atau terputus sanadnya karena Atha’ bin Abi Rabbah rahimahullah tidak pernah bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Akan tetapi ini merupakan pendapat beliau yang jelas berdasarkan hadits-hadits tentang memegang tongkat yang akan dijelaskan nanti.

Imam An-Nawawi rahimahullah berkata, “Sunnah memegang busur, pedang, tongkat atau yang sejenisnya (pada khutbah Jum’at)…dst. Mereka (pengikut Syafi’i) mengatakan, apabila tidak didapati pedang, tongkat atau sejenisnya, maka ditetapkan dua tangannya dengan cara meletakkan tangan kanan atas tangan kiri atau melepaskan keduanya, tetapi tidak menggerak-gerakkan keduanya dan tidak mempermain-mainkan salah satunya. Karena tujuannya itu adalah khusyu’ dan mencegah dari mempermainkan tangan.” (Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab, Jilid 4 Hal. 399)

Dalil yang digunakan oleh Imam An-Nawawi rahimahullah adalah hadits dari Al-Hakam bin Hazn radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:

فَأَقَمْنَا بِهَا أَيَّامًا شَهِدْنَا فِيهَا الْجُمُعَةَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَامَ مُتَوَكِّئًا عَلَى عَصًا أَوْ قَوْسٍ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ كَلِمَاتٍ خَفِيفَاتٍ طَيِّبَاتٍ مُبَارَكَاتٍ

“Kami tinggal di Madinah beberapa hari, dan kami ikut jumatan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau berdiri sambil bersandar dengan tongkat atau busur. Beliau memuji Allah dan menyebutkan kalimat pujian yang ringan, indah, dan berkah.” (HR. Abu Dawud no. 1098 dan Ahmad no. 18334)

Selain kedua hadits di atas yang oleh Imam Asy-Syafi’i rahimahullah dan Imam An-Nawawi rahimahullah dijadikan dalil disunnahkannya menggunakan tongkat saat berkhutbah, masih banyak dalil shahih yang menjelaskan hal itu baik status haditsnya marfu’, mauquf maupun maqthu’, antara lain:

1. Hadits dari Fathimah binti Qais radhiyallahu ‘anha, bahwa beliau pernah mengikuti khutbah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di Masjid Nabawi yang ketika itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan berita tentang Dajjal yang diceritakan Tamim Ad-Dari radhiyallahu ‘anhu. Dalam kesempatan itu Fathimah radhiyallahu ‘anha mengatakan:

فَكُنْتُ فِى الصَّفِّ الْمُقَدَّمِ مِنَ النِّسَاءِ وَهُوَ يَلِى الْمُؤَخَّرَ مِنَ الرِّجَال،  فَسَمِعْتُ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ يَخْطُبُ…. فَكَأَنَّمَا أَنْظُرُ إِلَى النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم وَأَهْوَى بِمِخْصَرَتِهِ إِلَى الأَرْضِ

“Saya berada di barisan terdepan shaf wanita, belakang barisan terahir shaf lelaki. Saya mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkhutbah di atas mimbar. Saya melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengarahkan tongkat beliau ke tanah.” (HR. Muslim no. 7574)

Peristiwa ini terjadi setelah masuk islamnnya Tamim bin Aus Ad-Dari radhiyallahu ‘anhu. Dan beliau masuk islam tahun 9 H. Dan Fathimah binti Qais radhiyallahu ‘anha menyebutkan, ketika itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkhutbah di atas mimbar.

2. Hadits dari Al-Barra bin Azib radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:

أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم نُوِّلَ يَوْمَ الْعِيدِ قَوْسًا فَخَطَبَ عَلَيْهِ

“Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam diberi tongkat ketika hari raya, lalu beliau pegangi ketika berkhutbah.” (HR. Abu Dawud no. 1147)

3. Hadits Mauquf dari Hisyam bin Urwah rahimahullah, ia berkata:

رَأَيْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ الزُّبَيْرِ يَخْطُبُ، وَفِي يَدِهِ عَصًا

“Aku melihat ‘Abdullah bin Az-Zubair berkhuthbah sementara di tangannya memegang tongkat.” (HR. Abdurrazzaaq no. 5659)

4. Hadits Maqthu’ dari Thalhah bin Yahya rahimahullah, beliau berkata:

سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ عَبْدِ الْعَزِيزِ يَقْرَأُ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ: وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ، وَفِي يَدِهِ عَصًا

“Aku mendengar Umar bin Abdul Aziz membaca ayat di atas mimbar: “Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya.” (QS. Az-Zumar [39] : 54), Sedangkan di tangannya memegang tongkat.” (HR. Ibnu Abi Syaibah no. 5274)

Jumhur ulama menyatakan bahwa memegang tongkat adalah sunnah dengan berdalil dari banyaknya hadits yang menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersandar dengan membawa tongkat atau busur ketika khutbah.

Memegang Tongkat Termasuk Sunnah, Namun Bukan Wajib dan Termasuk Syarat Khutbah

Bagi ulama yang menganjurkan menggunakan tongkat ketika berkhutbah, menyatakan bahwa itu sifatnya anjuran. Artinya, tidak ada hubungannya dengan keabsahan khutbah. Namun ada saran lain dari mereka untuk posisi tangan. Kita simak keterangan Imam As-Syafii rahimahullah dalam Kitabnya Al-Umm, beliau berkata:

وإن ترك الاعتماد أحببت له أن يسكن يديه وجميع بدنه ولا يعبث بيديه إما أن يضع اليمني على اليسرى وإما أن يسكنهما وإن لم يضع إحداهما على الأخرى وترك ما أحببت له كله أو عبث بهما أو وضع اليسرى على اليمنى كرهته له ولا إعادة عليه

“Jika khatib tidak bersandar dengan memegang apapun, saya menganjurkan agar tangannya diam, demikian pula seluruh badannya. Dan tidak main-main dengan tangannya. Bisa dengan dia letakkan tangan kanan di atas tangan kiri. Atau dia lepaskan dan diam. Namun jika meninggalkan semua yang saya anjurkan, atau main-main tangan atau meletakkan tangan kiri di atas tangan kanan, maka saya tidak menyukainya, meskipun khutbahnya tidak perlu diulang (sah).” (Al-Umm, Jilid 1 hal. 238)

Kesimpulannya, bahwasanya memegang tongkat pada saat berkhutbah adalah sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam namun bukan termasuk syarat khutbah. Dan jika ada seseorang yang ngotot bahwasanya jika khatib berkhutbah wajib memegang tongkat dan menyatakan ibadah jum’atnya tidak sah jika tidak memegang tongkat maka ada yang tidak beres dengan orang tersebut dan semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikannya petunjuk. Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

0 Comment for "Sunnah Memegang Tongkat Ketika Berkhutbah"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top