Kesabaran Nabi Ayyub ‘Alaihis Salam atas Cobaannya

“Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Barang siapa yang ridho (terhadap ujian tersebut) maka baginya ridho Allah dan barang siapa yang marah (terhadap ujian tersebut) maka baginya murka-Nya.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

            Nabi Ayyub ‘alaihis salam adalah seorang nabi yang diutus kepada Bani Israil dan Kaum Amoria di Haran, Syam. Beliau adalah keponakan dari Nabi Yaqub ‘alaihis salam. Nasab beliau adalah Ayyub bin Ish bin Ishaq bin Ibrahim bin Tarikh bin Nahur bin Sarugh bin Argu bin Faligh bin Amir bin Syalakh bin Qainan bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh. Beliau diangkat menjadi nabi sekitar tahun 1500 SM dan beliau hidup antara tahun 1540 SM hingga 1420 SM. Dalam perjanjian lama terdapat satu kitab yang mejelaskan secara rinci kehidupan beliau menurut pandangan Israiliyyat yaitu Kitab Ayub.

Sebelumnya Nabi Ayyub ‘alaihis salam memiliki harta yang banyak dengan bermacam jenisnya, seperti hewan ternak, budak, dan tanah. Ia juga memiliki istri yang shalihah dan keturunan yang baik. Allah subhanahu wa ta’ala ingin mengujinya, dan Allah subhanahu wa ta’ala apabila mencintai suatu kaum, maka Dia menguji mereka, barangsiapa yang ridha dengan ujian tersebut, maka dia mendapatkan keridhaan-Nya dan barangsiapa yang marah terhadap ujian tersebut, maka dia mendapatkan kemurkaan-Nya sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi rahimahullah dan Imam Ibnu Majah rahimahullah:

إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

“Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Barang siapa yang ridho (terhadap ujian tersebut) maka baginya ridho Allah dan barang siapa yang marah (terhadap ujian tersebut) maka baginya murka-Nya.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah. At-Tirmidzi berkata bahwa hadits ini Hasan Gharib)

Nabi Ayyub ‘alaihis salam adalah orang yang sabar dalam menghadapi ujian tersebut, hartanya yang banyak habis, anak-anaknya meninggal dunia, semua ternaknya binasa, dan Nabi Ayyub ‘alaihis salam sendiri menderita penyakit yang sangat berat, tidak ada satu pun dari anggota badannya kecuali terkena penyakit selain hati dan lisannya yang ia gunakan untuk berdzikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Dalam menghadapi musibah itu, ia tetap bersabar dan mengharap pahala, serta berdzikir di malam dan siang, pagi dan petang.

Hari pun berlalu, namun tidaklah berlalu hari itu kecuali penderitaan Nabi Ayyub ‘alaihis salam semakin berat, dan saat penderitaan yang dialaminya semakin berat, maka kerabatnya menjauhinya, demikian pula kawan-kawannya, tinggallah istrinya yang sabar mengurusnya dan memenuhi haknya. Istrinya terus mengurusnya, dan memenuhi keperluannya, sampai ia rela bekerja dengan upah tidak seberapa untuk menafkahi suaminya.

Nabi Ayyub ‘alaihis salam terus merasakan sakitnya, namun ia tetap sabar sambil mengharap pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala, memuji-Nya dan bersyukur kepada-Nya, sehingga jadilah Nabi Ayyub ‘alaihis salam sebagai imam dan teladan dalam kesabaran.

            Setan sebagai musuh abadi manusia pun tak tinggal diam, mereka berusaha sekuat-kuatnya untuk menggoncangkan keimanan Nabi Ayyub ‘alaihis salam, namun itu sama sekali tak menggoncangkan keimanan dan kesabaran Nabi Ayyub ‘alaihis salam.

وَاذْكُرْ عَبْدَنَا أَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ

“Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhan-nya: "Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan.” (QS. Shad [38] : 41)

Setan pun berputus asa, karena dengan cara apapun mereka tidak berhasil menggoda Nabi Ayyub ‘alaihis salam. Maka Setan pun menggunakan cara lain yaitu dengan memperdayakan istrinya supaya berkurang menjaga suaminya.

Pada suatu hari istri Nabi Ayyub ‘alaihis salam enggan melayani suaminya. Maka Nabi Ayyub ‘alaihis salam menjadi marah kepada istrinya dan bernazar jika belau sembuh maka istrinya akan dipukul seratus kali. (Tarikh Ath-Thabari, Jilid 1 hal. 194 dan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 3 hal. 255) Kemudian Nabi Ayyub ‘alaihis salam berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala:

أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

“(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” (QS. Al-Anbiya’ [21] : 83)

Nabi  Ayyub ‘alaihis salam mendapat cobaan selama delapan belas tahun, sehingga orang dekat dan jauhnya menjauhinya selain dua orang saudara akrabnya yang sering menjenguk di pagi dan sore. Lalu salah satunya berkata kepada yang lain, “Engkau tahu, demi Allah, dia telah melakukan dosa yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun.” Kawannya berkata, “Dosa apa itu?” Ia menjawab, “Sudah delapan belas tahun Allah tidak merahmatinya dengan menghilangkan cobaan itu.”

Saat keduanya menjenguknya di sore hari, maka salah satunya tidak sabar sehingga menyampaikan masalah itu kepadanya. Nabi Ayyub ‘alaihis salam berkata, “Aku tidak tahu apa yang kamu katakan, hanya saja Allah mengetahui bahwa aku pernah melewati dua orang laki-laki yang bertengkar, lalu keduanya menyebut nama Allah, kemudian aku pulang ke rumahku dan membayarkan kaffarat untuk keduanya karena aku tidak suka kedua orang itu menyebut nama Allah untuk yang tidak hak.” (HR. Abu Ya’la dan Al-Bazzar)

0 Comment for "Kesabaran Nabi Ayyub ‘Alaihis Salam atas Cobaannya"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top